Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.
KULIAH
AKHLAQ
|
LPPI UMY
KULIAH AKHLAQ
Penulis
Drs.
H. Yunahar Ilyas, Lc., MA
Cetakan I, Juni 1999
Cetakan
II, Maret 2000
Cetakan
III, Agustus 2000
Cetakan
IV, Februari 2001
Desain Cover
Nuruddien
Khat Arab
Drs.
Setyadi Rahman
Tata Letak
Diah
K K, Bima B
Penerbit
Lembaga
Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPPI)
Jl.
Kapt. Tendean No. 56
Telp.
(0274) 377542 Yogyakarta 55252
Pencetak
Pustaka
Pelajar Offset
ISBN: 979-8702-03-6
KATA
PENGANTAR
الحمد لله رب العا لمىن ؤالصلاة والسلام على اشرف الا
نبياء والمرسلين محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ومن تبعهم باءحسان الى يوم الد ين
Alhamdulillah,
dengan izin Alllah SWT, penulis dapat menghantarkan kepada para pembaca buku
tentang akhlaq yang diberi judul Kuliah Akhlaq.
Buku
ini disusun dengan sistematika berdasarkan ruang lingkup akhlaq, yaitu akhlaq
terhadap Allah SWT, akhlaq terhadap Rasulullah SAW, akhlaq pribadi, akhlaq
dalam keluarga, akhlaq bermasyarakat dan akhlaq bernegara. Sistematika tersebut
hanyalah sekedar untuk memudahkan pembahasan, karena dalam pelaksanaannya
akhlaq harus bersifat integral, menyatu, tidak dapat dipisahkan secara tajam
antara satu ruang dengan ruang lainnya.
Sebagaimana
dalam buku Kuliah Aqidah Islam, karya penulis sebelumnya, ayat-ayat
Al-Qur'an sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah saw, dan juga untuk
membuat kita semakin akrab dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an Al-Karim. Dan untuk
memudahkan pembaca merujuk langsung kepada Mushhaf atau kitab-kitab Tafsir,
maka sesudah penulisan terjemahan ayat disebutkan nama dan nomor surat,
kemudian nomor ayat.
Disamping
ayat-ayat Al-Qur’an, teks-teks hadits Nabi juga ditu- liskan beserta dengan nama pewarinya. Hal itu untuk memudahkan
pembaca dalam mengutip
dan mensosialisasikannya.
Buku
ini disusun, disamping sebagai bahan kuliah Al-Islam bidang akhlaq bagi para
mahasiswa di lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, juga ditunjukkan
kepada para mahasiswa dari perguruan tinggi mana saja dan masyarakat luas yang
ingin memahami ajaran akhlaq berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
Demikianlah,
mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi kita sesama. Dan terakhir penulis
mengucapkan terima kasih kepada lembaga pengkajian dan pengamalan islam (LPPI)
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang bersedia menerbitkan buku yang
sederhana ini.
Wallahu
Waliyatu Taufiq, Wassalam.
Yogyakarta, 1
Muharram 1420/
17 April 1999 M
Penulis
PENGANTAR
LPPI
Dalam
keseluruhan ajaran islam,akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat
penting.Didalam Al-Qur`an saja ditemui lebih kurang 1500 ayat yang berbicara
tentang Akhlaq-dua setengah kali lebih banyak daripada ayat ayat tentang
hukum-baik yang teoritis maupun yang praktis.Belum terhitung lagi hadist-hadist
Nabi,baik perkataan mupun perbuatan,yang memberikan pedoman akhlaq yang mulia
dalam seluruh aspek kehidupan.
Akhlaq
dalam Islam bukanlah moral yang kondisional situasional,tetapi akhlaq yang
benar benar memiliki nilai yang mutlak.Nilai nilai baik dan buruk,terpuji dan
tercela berlaku kapan dan dimana saja dalam segala aspek kehidupan,tidak
dibatasi oleh waktu dan ruang.kejujuran dalam ekonomi sama dengan kejujuran
dalam politik,kejujuran terhadap non muslim,kejujuran terhadap non muslimsama
dituntutnya dengan kejujuran terhadap sesama muslim.Keadilan harus
ditegakkan,sekalipun terhadap diri dan keluarga sendiri.Kebencian kita terhadap
musuh tidak boleh menyebabkan kita tidak berlaku adil.
Ajaran
akhlaq dalam islam sesuai dengan fitrah manusia.Manusia akan mendapat
kebahagiaan yang hakiki-bukan semu-bila mengikuti nilai nilai kebaikan yang di
ajarkan oleh Al-Qur`an dan sunnah,dua sumber dalam islam.Akhlaq islam benar
benar memelihara eksistensi manusia sebagai mahluk terhormat,sesuai dengan
fitrahnya itu.Demikianlah sebagian dari karakteristik akhlak dalam islam,yang
uraiannya secara lebihtrperinci,akan pembaca temui dalam buku ini.
Buku
yang ada di tangan pembaca ini sengaja lebih menekankan pada aspek normativitas
akhlaq Islam dalam rangka mendapatkan bingkai moral,yang historitasnya
dipulangkan kepada pembaca. Tentu saja
diharapkan studi akhlaq tidak hanya berhenti pada aspek kongnitif (sebagai
pengetahuan)tapi masuk kedalam aspek afektif (menjadi sikap,watak,perilaku)
yang berwujud akhlaq yang mulia.Untuk mendapatkan contoh hidup dari akhlaq yang
mulia itulah diperlukan historisitas.
Buku
Kuliah Akhlaq ini tidak hanya penting
baik bagi para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta_sebagai buku teks
mata kuliah Al-islam bidang Akhlaq
tetapi juga bagi para mahasiswa perguruan tinggi lainnya serta masyarakat
umumnya.
Mudah
mudahan penerbitan LPPI ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Buku Kuliah Akhlaq ini merupakan buku keenam
yang diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian Pengamalan Islam(LPPI) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.Lima buku sebelumnya adalah Kuliah Aqidah Islam;Muhammadiyah dan NU,Reorientasi Wawasan
Keislaman;Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadist;Menbangun Moralitas Bangsa;dan
Muhammadiyah Menyonsong Abad ke 21.Segera juga akan diterbitkan Pengembangan Pemikiran Keislaman di
Muhammadiah:Antara Purifikasi dan Dinamisasi;Pendidikan dalam Al-Qur`an;dan
kuliah Kemuhammadiyahan .
Terahir,LPPI
menghargai dan mengucapkaan terima kasih sebesar besarnya kepada saudara Drs.H
Yunahar Ilyas, Lc,. M.Ag., karena berkat ketekunannya telah mampu menyelesaikan
naskah buku ini dengan baik.Semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan
pahala yang berlipat ganda.Amien.
Yogyakarta,7
Muharram 1420/
23
April 1999 M
Kepada
Ttd
Prof.
Dr. H. Ahmad Syafii Maarif
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar - v
Pengantar LPPI - vii
Daftar Isi - ix
BAB
I. PENDAHULUAN - 1
A. Pengertian Akhlaq - 1
B. Sumber Akhlaq - 4
C. Ruang Lingkup Akhlaq -5
D. Kedudukan dan Keistimewaan Akhlaq dalam
islam -6
E. Ciri ciri Akhlaq dalam Islam -12
BAB II. AKHLAQ TERHADAP ALLAH SWT - 17
A. Taqwa - 17
B. Cinta dan Ridho - 24
C. Ikhlas - 28
D. Khauf dan Raja’ - 37
E. Tawakkal - 44
F. Syukur - 50
G. Muraqabah - 54
H. Taubat - 57
BAB III. AKHLAQ TERHADAP RASULULLAH SAW - 65
A. Mencintai dan Memuliakan Rasul - 65
B. Mengikuti dan Menaati Rasul - 70
C. Mengucapkan Shalawat dan Salam - 76
BAB IV. AKHLAQ PRIBADI - 81
A. Shidiq - 81
B. Amanah - 89
C. Istiqomah - 97
D. Iffah - 103
E. Mujahadah - 109
F. Syaja`ah - 116
G. Tawadhu` - 123
H. Malu - 128
I. Sabar - 134
J. Pemaaf - 140
BAB V. AKHLAQ DALAM KELUARGA - 147
A. Birrul Walidain - 147
B. Hak,Kewajiban dan Kasih Sayang Suami Istri -
160
C. Kasih
Sayang dan Tanggung Jawab Orang
Tua
Terhadap Anak - 172
D. Silaturrahim dengan Karib Kerabat - 183
BAB VI. AKHLAQ BERMASYARAKAT - 195
A. Bertamu dan Menerima Tamu - 195
B. Berhubungan Baik dengan Tetangga - 199
C.
Berhubungan Baik dengan Masyarakat -
205
D. Pergaulan Muda Mudi - 210
E. Ukhuwwah Islamiyah - 221
BAB VII. AKHLAQ BERNEGARA - 229
A.Musyawarah - 235
B.Menegakkan
Keadilan - 241
C.Amar
Ma`ruf nahi Munkar - 247
D.Hubungan
Pemimpin dan Yang Dipimpin
Penutup
- 253
Daftar
Bacaan - 255
Indeks
- 258
Tentang
Penulis - 263
BAB I
PENDAHULUAN
A.
PENGERTIAN AKHLAQ
Secara
etimologis (lughatan) akhlaq (bahasa arab) adalah bentuk imolojamak dari khuluq
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari
kata khalaqo yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta)
makhluk (yang diciptakan) dan khalaq (penciptaan).
Kesamaan
akar kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian
terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluk
(manusia). Atau dengan kata lain, tata prilaku seseorang terhadap orang lain
dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan
atau prilaku tersebut didasarkan kepada kehendak khalik (Tuhan). Dari
pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau
norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia tetapi juga norma
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam
semsesta sekalipun.
Secara
terminologis (Istilahan) ada beberapa definisi tentang akhlaq. Penulis pilihkan
tiga diantaranya.
1.
Imam Al-Gozali
فا لخلق عبارةعن
هيئة فى النفس را سخة عنها تصدرالافعال بسهولة ويسر من غير حا جة الى فكرورؤية
Akhlaq
adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memelrlukan pemikiran dan pertimbangan.
2.
Ibrahim Anis
الخلق حال للنفس
راسخة تصدرعنها الا عمال من خيراو شر من غير حاجة الى فكر ورؤية
Akhlaq
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan, baik – buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
3.
Abdul Karim Zaidan
مجمو
عة من المعا نى والصفات المستقرة فى النفس وفى ضوءهاوميزانها يحسن الفعل فى نظر
الاءنسان او يقبح ومن ثم يقدم عليه او يحجم عنه
“(Akhlaq)
adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan
sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk,
untuk kemudian memilih untuk melakukan atau meninggalkannya”
Ketiga
definisi yang dikutip diatas sepakat menyatakan bahwa akhlaq atau khuluq itu
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara
sepontan bila mana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan
lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Dalam Mu’jam al-Wasith disebutkan min
ghoiri bajah ila fikr wa ru yah (tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan). Dalam ihya’ Ulumad-Din
dinyatakan asbduru al-af al bi subulah wa
yusr, min ghairi bajah ila fikr wa ru yah yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mulah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Sifat spontanitas dari akhlaq tersebut dapat diilustrasikan dalam
contoh berikut ini. Bila seseorang menyumbang dalam jumlah besar untuk
pembangunan mesjid setelah mendapat dorongan dari seorang da’i (yang
mengemukakan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang keutamaan membangun mesjid di
dunia), maka orang tadi belum bisa dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena
kepemurahannya waktu itu lahir setelah mendapat dorongan dari luar, dan belum
tentu muncul lagi pada kesempatan yang lain. Boleh jadi, tanpa dorongan seperti
itu, dia tidak akan menyumbang, atau kalaupun meny umbang hanya dalam jumlah
sedikit. Tapi manakala tidak ada dorongan dia b\tetap menyumbang, kapan dan
dimana saja, barulah bisa dikatakan dia mempunyai sifat pemurah.Contoh
lain,dalam penerimaan tamu.Bila seseorang membeda bedakan tamu yang satu dengan
yang lain,atau kadangkala ramah dan kadangkala tidak,maka orang tadi belum
dinyatakan mempunyai sifat memuliakan tamu,sebab seseorang yang mempunyai
akhlaq emmuliakan tamu,tentu akan selalu memuliakann tamunya.
Dari
keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah bersifat
konstan,spontan,tidak temperor dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan
serta dorongan dari luar.
Sekalipun
dari beberapa definisi di atas kata akhlaq bersifat netral, belum menunjukkan
kepada a tertentu,maka yang dimaksud adalah akhlaq yang mulia.misalnya bila
seseorang berlaku yidak sopan kita mengatakan kepadanya,”kamu tidak
berakhlaq”.pada hal tidaksopan itu adalah akhlaqnya.tentu yang kita maksud
adalah kamu tidak memiliki akhlaq yang mulia,dalam hal in sopan.
Di
samping istilah akhlaq,juga dikenal istilah etika dan moral.ketiga istilah itu sama sama menentukan nilai baik
dan buruk sikap dan perbuatan manusia.perbedaannya terletak pada standar adalah
akal fikiran;dan bami moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku
dimasyarakat.
Sekalipun
dalam pengertiannya antara ketiga istilah di atas (akhlak,etika dan moral)
dapat dibedakan,namun dalam pembicaraan sehari hari,bahkan dalam beberapa
literatur keislaman,kegunaannya sering tumpang tindih.Misalnya Judul buku Ahmad
Amin, al-Akhlaq,diterjemahkan oleh
prof. Farid Ma`ruf dengan etika (ilmu Akhlaq).Dalam kamus inggris – indonesia
karya John M.Echols dan Hasan Shadily,moral juga di artikan Akhlaq.
B.
SUMBER AKHLAQ
Yang
dimaksud sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan
tercela.sebagaimana keseluruhan ajaran islam,sumber akhlaq adalah Al-Qur`an dan
Sunnah,bukan akal fikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep
etika dan moral.dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya
sebagaiman pandangan Mu`tazilah.
Dalam
konsep akhlaq segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk,terpuji atau
tercela,semata karena syara`(Al-Qur`an dan sunnah) menilainya demikian.karena
sifat sabar,syukur,pemaaf,pemurah,dan jujur misalnya dinilai baik?tidak lain
karena syara` menilai semua sifat sifat baik.Begitu juga sebaliknya,kenapa
pemarah,tidak bersykur,dendam,kikir dan dusta misalnya dinilai buruk? Tidak
lain karena syara` menilai demikian
Apakah
islam menapikan peran hati nurani,akal dan pandangan masyarakat dalam
menentukan baik dan buruk atau dengan ungkapan lain dapatkah ketiga hal
tersebut dijadikan ujuran baik dan buruk?
Hati
nurani atau fitrah dalam bahasa Al-Qur`an memang dapat menjadi ukuran baik dan
buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memili fitrah bertauhid,mengakui
keesaannya(QS.Ar-rum 30:30).karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian
dan selalu cendrung kepada kebenaran.Hati nuraninya selalu mendambakan dan
merindukan kebenaran,ingin mengikuti ajaran ajaran tuhan karena kebenaran itu
tidak akan didapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak.Namun
fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena
pengaruh dari luar,misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan.Fitrah hanyalah
merupakan potensi dasar yangperlu dipelihara dan dikembangkan.Betapa banyak
manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi
melihat kebenaran.Oleh sebab itu ykuran baik dan buruk kigta dapat serahkan
sepenuhnya hanya kepada hati nurani dan fitrah manusia semata.Harus
dikembalikan kepada penilaian syara`.Semua keputusan syara` tidak akan
bertentangan dengan hati manusia,karena kedua duanya berasal dari sumber yang
sam yaitu Allah SWT
Demikian
juga halnya dengan akhlak fikiran.ia hanyalah salah satu kekuatan yang dimiliki
manusiauntuk mencari kebaikan.Dan keputusannya bermula dari pengalaman empiris
kemudain diolah menurut kemampuan pengetahuannya.Oleh karena itu keputusan yang
diberikan akal hanya bersikap spekulatif dan subyektif.
Demikianlah
tentang nhati nurani dan akaal fikiran.bagaimana dengan pandangan masyarakat
juga bisa dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk,tetapi sangat
relatif,tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan
fikiran mereka dapat terjaga.masyarakat yang hati terpuji tentu tidak bisa
dijadikan ukuran.Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan
ukuran.
Dari
uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa ukran yang pasti (tidak
spekulatif),obyektif komprensip dan universal untuk menentukan baik dan buruk
hanyalah Al-Qur`an dan Sunnah,bukan yang lain lainnya.
C.
RUANG LINGKUP AKHLAQ
Muhammad
`Abdullah Draz dalam bukunya Dustur
al-Aklaq fi al-islam membagi ruang lingkup akhlaq kepada lima bagian:
1. Akhlaq
pribadi (al-akhlaq al-fardiyah).Terdiri
dari(a) yang diperintahkan (al-awamir),(b)yang
dilarang (an-nawahi),(c)yang
dibolehkan (al-muhabat)dan(d)akhlak
dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).
2. Akhlaq
Berkeluarga(al-akhlaq al-usariah).Terdiri
dari(a)kewajiban timbal balik orang tua dan anak(wajibat nahwa al-ushul wa alfaru`),(b) kewajiban suami istri(wajibat baenal al-azwaj)dan (c)
kewajiban terhadap karib kerabat (wajibat
nahwa al-aqarib).
3. Akhlaq
Bermasyarakat(al-akhlaq al-ijtima`iyyah).terdiri
dari (a) yang dilarang (al-mahzhurat)
(b) yang diperintahkan (al-awamiir)
dan (c) kaedah kaedah adap (qawaid
al-adab).
4. Akhlaq
Bernegara (akhlaq ad-daulah) terdiri
dari (a) hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-alaqah baina ar-rais wa as-sya`b) dan (b) hubungan luar negeri (al-alaqat al-kharijiyyah).
5. Akhlaq
beragama (al-akhlaq addiniyyah).yaitu
kewajiban terhadap Allah SWT (wajibat
nahwa Allah)
Dari
sistimatika yang dibuat oelh `Abdullah Draz di atas tampaklah bagi kita bahwa
ruang lingkup akhlaq itu sangat luas,mencakup seluruh aspek kehidupan,baik
secara vertikal dengan Allah SWT maupun secara horizontal sesama makhluk-Nya.
Berangkat
dari sistematika di atas dengan sedikit modifikasipenulis membagi pembahasan
akhlaqdalam buku ini menjadi:
1.
Akhlaq Terhadap Allah
SWT
2.
Akhlaq Terhadap
Rulullah saw
3.
Akhlaq Pribadi
4.
Akhlaq Dalam Keluarga
5.
Akhlaq Bermasyarakat
6.
Akhlaq Bernrgara
D.
KEDUDUKAN DAN
KEISTIMEWAAN AKHLAQ DALAM ISLAM
Dalam
keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangant
penting.Hal itu dapat dilihat dalam beberapa nomor berikut ini:
1. Rasulullah
saw menempatkan penyempurnaan akhlaq yang mulia sebagai misi pokok Risalah
Islam.Beliau bersabda:
انما بعثت لا تمتم مكارم الا خلاق ( ر ؤاه البيهقى )
“Sesungguhnya aku
di utus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”(HR.Baihaqi)
2. Akhlaq
merupakan salah satu ajaran pokok agama islam,sehingga rasulullah saw pernah
mendefinisikan agama itu dengan akhlaq yang baik (husn al-khuluq).diriwayatkan oleh seorang laki laki bertanya kepada
rasulullah saw:
يا
رسول الله ما الد ين ؟ فقا ل الر سو ل صلى
ا لله عليه وسلم: حسن الخلق.
“Ya Rasulullah,apakah
agama itu?beliau mejawab (Agama adalah) Akhlaq yang baik.”
Pendefinisian
agama (islam) dengan akhlaq yang baik itu sebanding dengan pendefinisian ibadah
haji dengan wuquf di `Arafah . Rasulullah menyebutkan,”haji adalah wuquf di
`Arafah.”
Artinya
tidak sah haji seseorang tanpa wukuq di Arafah.
3. Akhlaq
yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari
kiamat.Rasulullah saw bersabda:
ما
من شيئ اثقل فى ميزا ن العبد المؤ من يوم القيا مة من حسن الخلق...
( ر واه التر مزى)
“tidak
ada satupun yang akan memberatkan timbangan(kebaikan) seorang hamba mukmin
nanti pada hari kiamat selain dari akhlaq yang baik.. ”(HR Tirmizi)
Dan
orang yang paling dicintai serta paling dekat dengan rasulullah saw nanti pada
hari kiamat adalah yng paling baik akhlaqnya.’Abdullah ibn ‘Umar berkata:
سمعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: الا اخبركم با حبكم واقر بكم مجلسا يوم القيا
مة ؟ فا عا د ها مر تين او ثلا ثا. قا لوا: نعم يا رسول الله.قا ل:احسنكم خلقا ((رواه احمد
“Aku
mendengar Rasulullah berrsaba:”maukah kalian aku beritahukan siapa diantara
kalian yang paling aku cintai dan paling dekat tempatnya denganku nanti pada
hari kiamat?”beliau mengulangi pertanyaan itu tiga kali,lalu sahabat sahabat
menjawab:”Tentu ya rasulullah”.yaitu yang paling akhlaqnya di antara kalian.”(HR.Ahmad)
4. Rasulullah
saw menjadikan baik buruknya akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.
Hal itu dapat kita perhatikan dalam beberapa hadits berikut ini
a.
Rasulullah SAW
bersabda:
اكمل المؤمنين
ايمانا احسنهم خلقا (رواه التر مزى)
“Orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya”(HR
Tirmizi)
b.
Rasulullah SAW
bersabda:
الحياء والاءيما
قرناء جميعا,فاذا رفع احد هما رفع الا خر ( رواه الحاكم و الطبرانى )
“Rasa
malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, maka bilamana lenyap salah
satunya hilang pulalah yang lain”(HR Hakim dan Tahabrani)
c.
Rasulullah SAW
bersabda:
وا الله لايؤمن,
والله لا يؤمن,والله لا يؤمن,قيل,من يارسول الله ؟ قا ل: الذ ى لا يامن جا ره بوا
ئقه ( رواه البخارى)
“Demi
Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak
beriman! Seorang sahabat bertanya :”Siapa dia (yang tidak beriman itu) ya
rasulullah?” beliau menjawab:”orang yang tetangganya tidak aman dari
keburukannya” (HR Bukhori )
d.
Rasulullah SAW
bersabda:
من كان يؤمن با
لله واليوم الاخر فليقل خيرا اوليصمت,ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخرفليكرم
جاره,ومن كان يؤمن بالله والا يوم الاخر فليكرم ضيفه ( رواه البخارى وسلم)
“Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik
atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka
hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.”(HR
Bukhori dan Muslim )
Demikianlah
nampak bagi kita dalam beberapa teks hadits diatas bahwa Rasulullah SAW
mengingatkan antara raa malu, adab berbicara, dan sikap terhadap tamu dan
tetangga misalnya dengan eksistensi dan kualitas iman seseorang.
5. Islam
Menjadikan Akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah
SWT. Misalnya Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Perhatikan beberapa nash berikut
ini:
a.
Firman Allah SWT:
ã@ø?$# !$tB
zÓÇrré&
y7øs9Î)
ÆÏB
É=»tGÅ3ø9$#
ÉOÏ%r&ur
no4qn=¢Á9$#
(
cÎ)
no4qn=¢Á9$#
4sS÷Zs?
ÇÆtã
Ïä!$t±ósxÿø9$#
Ìs3ZßJø9$#ur ( العنكبوت
: ٤٥)
“...dan
dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan
keji dan munkar)”(QS Al-Ankabut 29.45)
b.
Sabda Rasulullah SAW:
ليس الصيا م من
الاكل والشرب, انما الصيا م من اللو والر فث, فان سا بك احد او جهل عليك فقل انى
صا ئم ( رواه ابنخزيمة )
“Bukanlah
puasa itu hanya menahan makan dan minum saja, tapi puasa itu menahan diri dari
perbuatan kotor dan keji. Jika seseorang mencaci dan menjahilimu maka
katakanlah aku: Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Ibn
Khuzaimah)
c.
Firman Allah SWT:
õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkÏj.tè?ur $pkÍ5 )......... التبة : ١٠٣
)
“Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka...”(QS Attaubah 9:103)
d.
Firman Allah SWT:
kptø:$# Ößgô©r& ×M»tBqè=÷è¨B 4 `yJsù uÚtsù ÆÎgÏù ¢kptø:$# xsù y]sùu wur XqÝ¡èù wur tA#yÅ_ Îû Ædkysø9$# ..........(البقره : ١٩٧ )
“(Musim)
Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barang siapa yang menetapkan niatnya
pada bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh Rafats (Mengeluarkan
perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senono atau bersekutu), berbuat
pasik dan berbantah-bantahan didalam masa mengerjakan haji.”(QS.
Al-Baqarah 2:197)
Dari
beberapa ayat dan hadits diatas, kita dapat melihat adanya kaitan langsung
antara shalat, puasa, zakat dan haji dengan akhlaq. Seseorang yang mendirikan
shalat tentu tidak akan mengerjakan segala perbuatan yang tergolong keji dan
munkar. Sebab apalagi arti shalatnya kalau dia tetap saja mengerjakan kekejian
dan kemungkaran. Seseorang yang benar-benar berpuasa demi ridho Allah SWT,
disamping menahan keinginannya untuk makan dan minum, tentu juga akan menahan
dirinya dari segala kata-kata yang kotor dan perbuatan yang tercela.. sebab
tanpa meninggalkan perbuatan yang tercela itu dia tidak akan mendapatkan
apa-apa dari puasanya kecuali hanya rasa lapar dan haus semata. Begitu juga
dengan ibadah zakat dan haji, dikaitkan oleh Allah SWT hikmahnya dengan aspek
akhlaq. Ringkasnya, Akhlaq yang bai adalah buah dari Ibadah yang baik, atau
ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWT tentu akan melahirkan Akhlaq yang
bai dan terpuji.
6. Nabi
Muhammad SAW selalu berdo’a agar Allah SWT membaikkan akhlaq beliau.
اللحم
اهد نى لا احسن الا خلاق,فانه لا يهدى لاحسنهاالا انت. واصرف عنى سيئها, فانه لا
يصرف عنى سيئها الا انت (رواه سلم ).
“(Ya
Allah) tunjukilah aku (jalan menuju) Akhlaq yang baik, karena sesungguhnya
tidak ada yang dapat memberi petunjuk (menuju jalan) yang lebih baik selain Engkau.
Hindarkanlah aku dari akhlaq yang buruk, karena sesungguhnya tidak ada yang
dapat menghindarkan aku dari akhlaq yang buruk kecuali engkau. ”(HR
Muslim)
7. Didalam
Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan Akhlaq, baik berupa
perintah untuk berakhlaq yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan pada
orang-orang yang mematuhi perintah itu, maupun larang berakhlaq yang buruk
serta celaan dan dosa bagi orang-orang yang melanggarnya. Tidak diragukan lagi
bahwa banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an tentang akhlaq-akhlaq ini membuktikan
betapa pentingnya kedudukan akhlaq didalma Islam.
Demikianlah
antara lain beberapa hal yang menjelaskan kepada kita kedudukan dan
keistimewaan akhlaq didalam Islam.
E.
CIRI – CIRI AKHLAQ
DALAM ISLAM
Disamping
kedudukan dan keistimewaan akhlak yang sudah di uraikan dalam fasal sebelumnya
maka akhlaq dalam Islam paling kurang juga memiliki lima ciri-cirihas yaitu (1)
Rabbani, (2) Manusiawi, (3) Universal, (4) Seimbang, dan (5) Realistik. Berikut
ini uraian ringkas kelima ciri-ciri tersebut :
1.
Akhlaq Rabbani
Ajaran
Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang bermaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Didalam Al-Qur’an terdapat kira-kira 1.500 ayat yang mengandung ajaran akhlaq, baik
yang teoritis maupun yang praktis. Demikian pula hadits-hadits Nabi sangat
banyak jumlahnya yang memberikan pedoman akhlaq. Sifat Rabbani dari akhlaq juga
menyangkut tujuannya, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan didunia kini dan di
akherat nanti.
Ciri
Rabbani juga menegaskan bahwa akhlaq dalam Islam bukanlah moral yang
kondisional dan situasional, tetapi akhlaq yang benar-benar memiliki nilai yang
mutlak. Akhlaq Rabbanilah yang mampu menghindari kekacauan nilai
moralitas dalam hidup manusia.
Al-Qur’an
mengajarkan:
¨br&ur #x»yd ÏÛºuÅÀ $VJÉ)tGó¡ãB çnqãèÎ7¨?$$sù ( wur (#qãèÎ7Fs? @ç6¡9$# s-§xÿtGsù öNä3Î/ `tã ¾Ï&Î#Î7y 4 öNä3Ï9ºs Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ öNà6¯=yès9 tbqà)Gs? ( البقره : ١٥٣ )
“Inilah
jalanku yang lurus; hendaklah kamu mengikutinya; jangan kamu ikuti jalan-jalan
lain, sehingga kamu bercerai berai dari jalannya. Demikian diperintahkan
kepadamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am 6: 153)
2.
Akhlaq Manusia
Ajaran
Akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah manusia.kerinduan jiwa
manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam
Islam. Ajaran akhlaq dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan
kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlaq Islam adalah
akhlaq yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk
terhormat, sesuai dengan fitrahnya.
3.
Akhlaq Universal
Ajaran
akhlaq dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala
aspek hidup manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun yang horisontal.
Sebagai contoh Al-Qur’an menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi
oleh setiap orang, yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua,
membunuh anak karena takut miskin, berbuat keji baik secara terbuka maupun
tersembunyi, membunuh orang tanpa alasan yang sah, makan harta anak yatim,
mengurangi takaran dan timbangan,
membebani orang lain kewajiban melampaui kekuatannya, persaksian tidak
adil, dan menghianati janji dengan Allah (QS Surat Al-An’am 6: 151-152)
4.
Akhlaq Keseimbangan
Ajaran
akhlaq dalam Islam berada ditengah antara yang menghayalkan manusia sebagai
malaikat yang menitik beratkan segi kebaikannya dan yang menghayalkan manusia
seperti hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja. Manusia menurut
pandangan Islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada hati
nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Manusia memiliki
naruliah hewani dan juga ruhaniah malaikat. Manusia memiliki unsur ruhani dan
jasmani yang memerlukan pelayanan masing-masing secara seimbang. manusia hidup
tidak hanya didunia kini tetapi dilanjutkan dengan kehidupan diakherat nanti.
Hidup didunia merupakan ladang bagi akherat. Akhlaq Islam memenuhi tuntutan
kebutuhan manusia, jasmani dan ruhani, secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup
bahagia didunia dan akherat secara seimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan
pribadi harus seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.
Rasulullah SAW memberikan ucapan salman kepada Abu Darda’:
Mbak tolong kasih file pdf bukunya dong?
BalasHapusTerimakasih
Mbak tolong kasih file pdf bukunya dong?
BalasHapusTerimakasih
ucapan kepada abu darda dari Rasulullahnya mana min?
BalasHapuskosong itu.
bagus, kelanjutannya mana
BalasHapusmbak file pdf nya dong
BalasHapuskirim pdf nya dong mbak
BalasHapusKelanjutannya ad ga ya
BalasHapus