Jumat, 25 Juli 2014

KULIAH AKHLAQ


Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.






KULIAH
AKHLAQ

 












LPPI UMY















KULIAH AKHLAQ

Penulis
Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., MA

Cetakan I, Juni 1999
Cetakan II, Maret 2000
Cetakan III, Agustus 2000
Cetakan IV, Februari 2001

Desain Cover
Nuruddien

Khat Arab
Drs. Setyadi Rahman

Tata Letak
Diah K K, Bima B

Penerbit
Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPPI)
Jl. Kapt. Tendean No. 56
Telp. (0274) 377542 Yogyakarta 55252

Pencetak
Pustaka Pelajar Offset

ISBN: 979-8702-03-6



















KATA PENGANTAR

الحمد لله رب العا لمىن ؤالصلاة والسلام على اشرف الا نبياء والمرسلين محمد وعلى اله وصحبه اجمعين ومن تبعهم باءحسان الى يوم الد ين

Alhamdulillah, dengan izin Alllah SWT, penulis dapat menghantarkan kepada para pembaca buku tentang akhlaq yang diberi judul Kuliah Akhlaq.
Buku ini disusun dengan sistematika berdasarkan ruang lingkup akhlaq, yaitu akhlaq terhadap Allah SWT, akhlaq terhadap Rasulullah SAW, akhlaq pribadi, akhlaq dalam keluarga, akhlaq bermasyarakat dan akhlaq bernegara. Sistematika tersebut hanyalah sekedar untuk memudahkan pembahasan, karena dalam pelaksanaannya akhlaq harus bersifat integral, menyatu, tidak dapat dipisahkan secara tajam antara satu ruang dengan ruang lainnya.
Sebagaimana dalam buku Kuliah Aqidah Islam, karya penulis sebelumnya, ayat-ayat Al-Qur'an sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah saw, dan juga untuk membuat kita semakin akrab dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an Al-Karim. Dan untuk memudahkan pembaca merujuk langsung kepada Mushhaf atau kitab-kitab Tafsir, maka sesudah penulisan terjemahan ayat disebutkan nama dan nomor surat, kemudian nomor ayat.
Disamping ayat-ayat Al-Qur’an, teks-teks hadits Nabi juga ditu-      liskan beserta  dengan nama pewarinya.  Hal itu untuk memudahkan
pembaca dalam mengutip dan mensosialisasikannya.
Buku ini disusun, disamping sebagai bahan kuliah Al-Islam bidang akhlaq bagi para mahasiswa di lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, juga ditunjukkan kepada para mahasiswa dari perguruan tinggi mana saja dan masyarakat luas yang ingin memahami ajaran akhlaq berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
Demikianlah, mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi kita sesama. Dan terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada lembaga pengkajian dan pengamalan islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang bersedia menerbitkan buku yang sederhana ini.
Wallahu Waliyatu Taufiq, Wassalam.



Yogyakarta, 1 Muharram 1420/
17 April 1999 M

Penulis

PENGANTAR LPPI
Dalam keseluruhan ajaran islam,akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting.Didalam Al-Qur`an saja ditemui lebih kurang 1500 ayat yang berbicara tentang Akhlaq-dua setengah kali lebih banyak daripada ayat ayat tentang hukum-baik yang teoritis maupun yang praktis.Belum terhitung lagi hadist-hadist Nabi,baik perkataan mupun perbuatan,yang memberikan pedoman akhlaq yang mulia dalam seluruh aspek kehidupan.
Akhlaq dalam Islam bukanlah moral yang kondisional situasional,tetapi akhlaq yang benar benar memiliki nilai yang mutlak.Nilai nilai baik dan buruk,terpuji dan tercela berlaku kapan dan dimana saja dalam segala aspek kehidupan,tidak dibatasi oleh waktu dan ruang.kejujuran dalam ekonomi sama dengan kejujuran dalam politik,kejujuran terhadap non muslim,kejujuran terhadap non muslimsama dituntutnya dengan kejujuran terhadap sesama muslim.Keadilan harus ditegakkan,sekalipun terhadap diri dan keluarga sendiri.Kebencian kita terhadap musuh tidak boleh menyebabkan kita tidak berlaku adil.
Ajaran akhlaq dalam islam sesuai dengan fitrah manusia.Manusia akan mendapat kebahagiaan yang hakiki-bukan semu-bila mengikuti nilai nilai kebaikan yang di ajarkan oleh Al-Qur`an dan sunnah,dua sumber dalam islam.Akhlaq islam benar benar memelihara eksistensi manusia sebagai mahluk terhormat,sesuai dengan fitrahnya itu.Demikianlah sebagian dari karakteristik akhlak dalam islam,yang uraiannya secara lebihtrperinci,akan pembaca temui dalam buku ini.
Buku yang ada di tangan pembaca ini sengaja lebih menekankan pada aspek normativitas akhlaq Islam dalam rangka mendapatkan bingkai moral,yang historitasnya dipulangkan kepada  pembaca. Tentu saja diharapkan studi akhlaq tidak hanya berhenti pada aspek kongnitif (sebagai pengetahuan)tapi masuk kedalam aspek afektif (menjadi sikap,watak,perilaku) yang berwujud akhlaq yang mulia.Untuk mendapatkan contoh hidup dari akhlaq yang mulia itulah diperlukan historisitas.
Buku Kuliah Akhlaq ini tidak hanya penting baik bagi para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta_sebagai buku teks mata kuliah  Al-islam bidang Akhlaq tetapi juga bagi para mahasiswa perguruan tinggi lainnya serta masyarakat umumnya.
Mudah mudahan penerbitan LPPI ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Buku Kuliah Akhlaq ini merupakan buku keenam yang diterbitkan oleh Lembaga Pengkajian Pengamalan Islam(LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Lima buku sebelumnya adalah Kuliah Aqidah Islam;Muhammadiyah dan NU,Reorientasi Wawasan Keislaman;Pengembangan Pemikiran Terhadap Hadist;Menbangun Moralitas Bangsa;dan Muhammadiyah Menyonsong Abad ke 21.Segera juga akan diterbitkan Pengembangan Pemikiran Keislaman di Muhammadiah:Antara Purifikasi dan Dinamisasi;Pendidikan dalam Al-Qur`an;dan kuliah Kemuhammadiyahan .
Terahir,LPPI menghargai dan mengucapkaan terima kasih sebesar besarnya kepada saudara Drs.H Yunahar Ilyas, Lc,. M.Ag., karena berkat ketekunannya telah mampu menyelesaikan naskah buku ini dengan baik.Semoga Allah SWT senantiasa memberikan imbalan pahala yang berlipat ganda.Amien.

Yogyakarta,7 Muharram 1420/
23 April 1999 M
Kepada

Ttd

Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif









DAFTAR ISI
Kata Pengantar - v
Pengantar LPPI - vii
Daftar Isi - ix
BAB I.     PENDAHULUAN - 1
A.    Pengertian Akhlaq - 1
B.    Sumber Akhlaq - 4
C.    Ruang Lingkup Akhlaq -5
D.    Kedudukan dan Keistimewaan Akhlaq dalam islam -6
E.    Ciri ciri Akhlaq dalam Islam -12
BAB II.    AKHLAQ TERHADAP ALLAH SWT - 17
A.    Taqwa - 17
B.    Cinta dan Ridho - 24
C.    Ikhlas - 28
D.    Khauf dan Raja’ - 37
E.    Tawakkal - 44
F.    Syukur - 50
G.    Muraqabah - 54
H.    Taubat - 57
BAB III.   AKHLAQ TERHADAP RASULULLAH  SAW - 65
A.    Mencintai dan Memuliakan Rasul - 65
B.    Mengikuti dan Menaati Rasul - 70
C.    Mengucapkan Shalawat dan Salam - 76
BAB IV.   AKHLAQ PRIBADI - 81
A.    Shidiq - 81
B.    Amanah - 89
C.    Istiqomah - 97
D.    Iffah - 103
E.    Mujahadah - 109
F.    Syaja`ah - 116
G.    Tawadhu` - 123
H.    Malu - 128
I.     Sabar - 134
J.     Pemaaf - 140
BAB V.    AKHLAQ DALAM KELUARGA - 147
A.    Birrul Walidain - 147
B.    Hak,Kewajiban dan Kasih Sayang Suami Istri - 160
C.    Kasih Sayang dan Tanggung Jawab Orang
Tua Terhadap Anak - 172
D.    Silaturrahim dengan Karib Kerabat - 183
BAB VI.   AKHLAQ BERMASYARAKAT - 195
A.    Bertamu dan Menerima Tamu - 195
B.    Berhubungan Baik dengan Tetangga - 199
C.    Berhubungan Baik dengan Masyarakat - 205
D.    Pergaulan Muda Mudi - 210
E.    Ukhuwwah Islamiyah - 221
BAB VII.        AKHLAQ BERNEGARA - 229
A.Musyawarah - 235
B.Menegakkan Keadilan - 241
C.Amar Ma`ruf nahi Munkar - 247
D.Hubungan Pemimpin dan Yang Dipimpin
Penutup - 253
Daftar Bacaan - 255
Indeks - 258
Tentang Penulis - 263















BAB I
PENDAHULUAN

A.    PENGERTIAN AKHLAQ
Secara etimologis (lughatan) akhlaq (bahasa arab) adalah bentuk imolojamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar dari kata khalaqo yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta) makhluk (yang diciptakan) dan khalaq (penciptaan).
Kesamaan akar kata diatas mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluk (manusia). Atau dengan kata lain, tata prilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya baru mengandung nilai akhlaq yang hakiki manakala tindakan atau prilaku tersebut didasarkan kepada kehendak khalik (Tuhan). Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semsesta sekalipun.
Secara terminologis (Istilahan) ada beberapa definisi tentang akhlaq. Penulis pilihkan tiga diantaranya.
1.      Imam Al-Gozali
فا لخلق عبارةعن هيئة فى النفس را سخة عنها تصدرالافعال بسهولة ويسر من غير حا جة الى فكرورؤية
Akhlaq adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memelrlukan pemikiran dan pertimbangan.

2.      Ibrahim Anis
الخلق حال للنفس راسخة تصدرعنها الا عمال من خيراو شر من غير حاجة الى فكر ورؤية

Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik – buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
3.      Abdul Karim Zaidan
مجمو عة من المعا نى والصفات المستقرة فى النفس وفى ضوءهاوميزانها يحسن الفعل فى نظر الاءنسان او يقبح ومن ثم يقدم عليه او يحجم عنه
“(Akhlaq) adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih untuk melakukan atau meninggalkannya”

Ketiga definisi yang dikutip diatas sepakat menyatakan bahwa akhlaq atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara sepontan bila mana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Dalam Mu’jam al-Wasith disebutkan min ghoiri bajah ila fikr wa ru yah (tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan). Dalam ihya’ Ulumad-Din dinyatakan asbduru al-af al bi subulah wa yusr, min ghairi bajah ila fikr wa ru yah yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mulah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sifat spontanitas dari akhlaq tersebut dapat diilustrasikan dalam contoh berikut ini. Bila seseorang menyumbang dalam jumlah besar untuk pembangunan mesjid setelah mendapat dorongan dari seorang da’i (yang mengemukakan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang keutamaan membangun mesjid di dunia), maka orang tadi belum bisa dikatakan mempunyai sifat pemurah, karena kepemurahannya waktu itu lahir setelah mendapat dorongan dari luar, dan belum tentu muncul lagi pada kesempatan yang lain. Boleh jadi, tanpa dorongan seperti itu, dia tidak akan menyumbang, atau kalaupun meny umbang hanya dalam jumlah sedikit. Tapi manakala tidak ada dorongan dia b\tetap menyumbang, kapan dan dimana saja, barulah bisa dikatakan dia mempunyai sifat pemurah.Contoh lain,dalam penerimaan tamu.Bila seseorang membeda bedakan tamu yang satu dengan yang lain,atau kadangkala ramah dan kadangkala tidak,maka orang tadi belum dinyatakan mempunyai sifat memuliakan tamu,sebab seseorang yang mempunyai akhlaq emmuliakan tamu,tentu akan selalu memuliakann tamunya.
Dari keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa akhlaq itu haruslah bersifat konstan,spontan,tidak temperor dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar.
Sekalipun dari beberapa definisi di atas kata akhlaq bersifat netral, belum menunjukkan kepada a tertentu,maka yang dimaksud adalah akhlaq yang mulia.misalnya bila seseorang berlaku yidak sopan kita mengatakan kepadanya,”kamu tidak berakhlaq”.pada hal tidaksopan itu adalah akhlaqnya.tentu yang kita maksud adalah kamu tidak memiliki akhlaq yang mulia,dalam hal in sopan.
Di samping istilah akhlaq,juga dikenal istilah etika dan moral.ketiga istilah itu sama sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia.perbedaannya terletak pada standar adalah akal fikiran;dan bami moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku dimasyarakat.
Sekalipun dalam pengertiannya antara ketiga istilah di atas (akhlak,etika dan moral) dapat dibedakan,namun dalam pembicaraan sehari hari,bahkan dalam beberapa literatur keislaman,kegunaannya sering tumpang tindih.Misalnya Judul buku Ahmad Amin, al-Akhlaq,diterjemahkan oleh prof. Farid Ma`ruf dengan etika (ilmu Akhlaq).Dalam kamus inggris – indonesia karya John M.Echols dan Hasan Shadily,moral juga di artikan Akhlaq.
B.     SUMBER AKHLAQ
Yang dimaksud sumber akhlaq adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau mulia dan tercela.sebagaimana keseluruhan ajaran islam,sumber akhlaq adalah Al-Qur`an dan Sunnah,bukan akal fikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep etika dan moral.dan bukan pula karena baik atau buruk dengan sendirinya sebagaiman pandangan Mu`tazilah.
Dalam konsep akhlaq segala sesuatu itu dinilai baik atau buruk,terpuji atau tercela,semata karena syara`(Al-Qur`an dan sunnah) menilainya demikian.karena sifat sabar,syukur,pemaaf,pemurah,dan jujur misalnya dinilai baik?tidak lain karena syara` menilai semua sifat sifat baik.Begitu juga sebaliknya,kenapa pemarah,tidak bersykur,dendam,kikir dan dusta misalnya dinilai buruk? Tidak lain karena syara` menilai demikian
Apakah islam menapikan peran hati nurani,akal dan pandangan masyarakat dalam menentukan baik dan buruk atau dengan ungkapan lain dapatkah ketiga hal tersebut dijadikan ujuran baik dan buruk?
Hati nurani atau fitrah dalam bahasa Al-Qur`an memang dapat menjadi ukuran baik dan buruk karena manusia diciptakan oleh Allah SWT memili fitrah bertauhid,mengakui keesaannya(QS.Ar-rum 30:30).karena fitrah itulah manusia cinta kepada kesucian dan selalu cendrung kepada kebenaran.Hati nuraninya selalu mendambakan dan merindukan kebenaran,ingin mengikuti ajaran ajaran tuhan karena kebenaran itu tidak akan didapat kecuali dengan Allah sebagai sumber kebenaran mutlak.Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar,misalnya pengaruh pendidikan dan lingkungan.Fitrah hanyalah merupakan potensi dasar yangperlu dipelihara dan dikembangkan.Betapa banyak manusia yang fitrahnya tertutup sehingga hati nuraninya tidak dapat lagi melihat kebenaran.Oleh sebab itu ykuran baik dan buruk kigta dapat serahkan sepenuhnya hanya kepada hati nurani dan fitrah manusia semata.Harus dikembalikan kepada penilaian syara`.Semua keputusan syara` tidak akan bertentangan dengan hati manusia,karena kedua duanya berasal dari sumber yang sam yaitu Allah SWT
Demikian juga halnya dengan akhlak fikiran.ia hanyalah salah satu kekuatan yang dimiliki manusiauntuk mencari kebaikan.Dan keputusannya bermula dari pengalaman empiris kemudain diolah menurut kemampuan pengetahuannya.Oleh karena itu keputusan yang diberikan akal hanya bersikap spekulatif dan subyektif.
Demikianlah tentang nhati nurani dan akaal fikiran.bagaimana dengan pandangan masyarakat juga bisa dijadikan salah satu ukuran baik dan buruk,tetapi sangat relatif,tergantung sejauh mana kesucian hati nurani masyarakat dan kebersihan fikiran mereka dapat terjaga.masyarakat yang hati terpuji tentu tidak bisa dijadikan ukuran.Hanya kebiasaan masyarakat yang baiklah yang bisa dijadikan ukuran.
Dari uraian di atas jelaslah bagi kita bahwa ukran yang pasti (tidak spekulatif),obyektif komprensip dan universal untuk menentukan baik dan buruk hanyalah Al-Qur`an dan Sunnah,bukan yang lain lainnya.


C.     RUANG LINGKUP AKHLAQ
Muhammad `Abdullah Draz dalam bukunya Dustur al-Aklaq fi al-islam membagi ruang lingkup akhlaq kepada lima bagian:
1.      Akhlaq pribadi (al-akhlaq al-fardiyah).Terdiri dari(a) yang diperintahkan (al-awamir),(b)yang dilarang (an-nawahi),(c)yang dibolehkan (al-muhabat)dan(d)akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).
2.      Akhlaq Berkeluarga(al-akhlaq al-usariah).Terdiri dari(a)kewajiban timbal balik orang tua dan anak(wajibat nahwa al-ushul wa alfaru`),(b) kewajiban suami istri(wajibat baenal al-azwaj)dan (c) kewajiban terhadap karib kerabat (wajibat nahwa al-aqarib).
3.      Akhlaq Bermasyarakat(al-akhlaq al-ijtima`iyyah).terdiri dari (a) yang dilarang (al-mahzhurat) (b) yang diperintahkan (al-awamiir) dan (c) kaedah kaedah adap (qawaid al-adab).
4.      Akhlaq Bernegara (akhlaq ad-daulah) terdiri dari (a) hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-alaqah baina ar-rais wa as-sya`b) dan (b) hubungan luar negeri (al-alaqat al-kharijiyyah).
5.      Akhlaq beragama (al-akhlaq addiniyyah).yaitu kewajiban terhadap Allah SWT (wajibat nahwa Allah)

Dari sistimatika yang dibuat oelh `Abdullah Draz di atas tampaklah bagi kita bahwa ruang lingkup akhlaq itu sangat luas,mencakup seluruh aspek kehidupan,baik secara vertikal dengan Allah SWT maupun secara horizontal sesama makhluk-Nya.
Berangkat dari sistematika di atas dengan sedikit modifikasipenulis membagi pembahasan akhlaqdalam buku ini menjadi:
1.      Akhlaq Terhadap Allah SWT
2.      Akhlaq Terhadap Rulullah saw
3.      Akhlaq Pribadi
4.      Akhlaq Dalam Keluarga
5.      Akhlaq Bermasyarakat
6.      Akhlaq Bernrgara

D.    KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN AKHLAQ DALAM  ISLAM
Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangant penting.Hal itu dapat dilihat dalam beberapa nomor berikut ini:
1.      Rasulullah saw menempatkan penyempurnaan akhlaq yang mulia sebagai misi pokok Risalah Islam.Beliau bersabda:

انما بعثت لا تمتم مكارم الا خلاق  ( ر ؤاه البيهقى )
“Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”(HR.Baihaqi)

2.      Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama islam,sehingga rasulullah saw pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlaq yang baik (husn al-khuluq).diriwayatkan oleh seorang laki laki bertanya kepada rasulullah saw:

يا رسول الله  ما الد ين ؟ فقا ل الر سو ل صلى ا لله عليه وسلم: حسن الخلق.
“Ya Rasulullah,apakah agama itu?beliau mejawab (Agama adalah) Akhlaq yang baik.”
Pendefinisian agama (islam) dengan akhlaq yang baik itu sebanding dengan pendefinisian ibadah haji dengan wuquf di `Arafah . Rasulullah menyebutkan,”haji adalah wuquf di `Arafah.”
Artinya tidak sah haji seseorang tanpa wukuq di Arafah.

3.      Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat.Rasulullah saw bersabda:

ما من شيئ اثقل فى ميزا ن العبد المؤ من يوم القيا مة من حسن الخلق...
 ( ر واه التر مزى)

“tidak ada satupun yang akan memberatkan timbangan(kebaikan) seorang hamba mukmin nanti pada hari kiamat selain dari akhlaq yang baik.. ”(HR Tirmizi)

Dan orang yang paling dicintai serta paling dekat dengan rasulullah saw nanti pada hari kiamat adalah yng paling baik akhlaqnya.’Abdullah ibn ‘Umar berkata:
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: الا اخبركم با حبكم واقر بكم مجلسا يوم القيا مة ؟ فا عا د ها مر تين او ثلا ثا. قا لوا: نعم يا رسول الله.قا ل:احسنكم خلقا  ((رواه احمد
“Aku mendengar Rasulullah berrsaba:”maukah kalian aku beritahukan siapa diantara kalian yang paling aku cintai dan paling dekat tempatnya denganku nanti pada hari kiamat?”beliau mengulangi pertanyaan itu tiga kali,lalu sahabat sahabat menjawab:”Tentu ya rasulullah”.yaitu yang paling akhlaqnya  di antara kalian.”(HR.Ahmad)

4.      Rasulullah saw menjadikan baik buruknya akhlaq seseorang sebagai ukuran kualitas imannya. Hal itu dapat kita perhatikan dalam beberapa hadits berikut ini
a.       Rasulullah SAW bersabda:
اكمل المؤمنين ايمانا احسنهم خلقا (رواه التر مزى)

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya”(HR Tirmizi)
b.      Rasulullah SAW bersabda:
الحياء والاءيما قرناء جميعا,فاذا رفع احد هما رفع الا خر ( رواه الحاكم و الطبرانى )
“Rasa malu dan iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, maka bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain”(HR Hakim dan Tahabrani)
c.       Rasulullah SAW bersabda:
وا الله لايؤمن, والله لا يؤمن,والله لا يؤمن,قيل,من يارسول الله ؟ قا ل: الذ ى لا يامن جا ره بوا ئقه ( رواه البخارى)

“Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman! Seorang sahabat bertanya :”Siapa dia (yang tidak beriman itu) ya rasulullah?” beliau menjawab:”orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (HR Bukhori )
d.      Rasulullah SAW bersabda:
من كان يؤمن با لله واليوم الاخر فليقل خيرا اوليصمت,ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخرفليكرم جاره,ومن كان يؤمن بالله والا يوم الاخر فليكرم ضيفه ( رواه البخارى وسلم)

 “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.”(HR Bukhori dan Muslim )
Demikianlah nampak bagi kita dalam beberapa teks hadits diatas bahwa Rasulullah SAW mengingatkan antara raa malu, adab berbicara, dan sikap terhadap tamu dan tetangga misalnya dengan eksistensi dan kualitas iman seseorang.

5.      Islam Menjadikan Akhlaq yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT. Misalnya Shalat, Puasa, Zakat dan Haji. Perhatikan beberapa nash berikut ini:
a.       Firman Allah SWT:
ã@ø?$# !$tB zÓÇrré& y7øs9Î) šÆÏB É=»tGÅ3ø9$# ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# ( žcÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍s3ZßJø9$#ur  ( العنكبوت : ٤٥)
“...dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan keji dan munkar)”(QS Al-Ankabut 29.45)
b.      Sabda Rasulullah SAW:
ليس الصيا م من الاكل والشرب, انما الصيا م من اللو والر فث, فان سا بك احد او جهل عليك فقل انى صا ئم ( رواه ابنخزيمة )
“Bukanlah puasa itu hanya menahan makan dan minum saja, tapi puasa itu menahan diri dari perbuatan kotor dan keji. Jika seseorang mencaci dan menjahilimu maka katakanlah aku: Sesungguhnya aku sedang berpuasa.”  (HR. Ibn Khuzaimah)
c.       Firman Allah SWT:
õè{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkŽÏj.tè?ur $pkÍ5 )......... التبة :  ١٠٣ )
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka...”(QS Attaubah 9:103)


d.      Firman Allah SWT:
kptø:$# ֍ßgô©r& ×M»tBqè=÷è¨B 4 `yJsù uÚtsù  ÆÎgŠÏù ¢kptø:$# Ÿxsù y]sùu Ÿwur šXqÝ¡èù Ÿwur tA#yÅ_ Îû Ædkysø9$# ..........(البقره : ١٩٧ )
“(Musim) Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barang siapa yang menetapkan niatnya pada bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh Rafats (Mengeluarkan perkataan yang menimbulkan birahi yang tidak senono atau bersekutu), berbuat pasik dan berbantah-bantahan didalam masa mengerjakan haji.”(QS. Al-Baqarah 2:197)

Dari beberapa ayat dan hadits diatas, kita dapat melihat adanya kaitan langsung antara shalat, puasa, zakat dan haji dengan akhlaq. Seseorang yang mendirikan shalat tentu tidak akan mengerjakan segala perbuatan yang tergolong keji dan munkar. Sebab apalagi arti shalatnya kalau dia tetap saja mengerjakan kekejian dan kemungkaran. Seseorang yang benar-benar berpuasa demi ridho Allah SWT, disamping menahan keinginannya untuk makan dan minum, tentu juga akan menahan dirinya dari segala kata-kata yang kotor dan perbuatan yang tercela.. sebab tanpa meninggalkan perbuatan yang tercela itu dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya rasa lapar dan haus semata. Begitu juga dengan ibadah zakat dan haji, dikaitkan oleh Allah SWT hikmahnya dengan aspek akhlaq. Ringkasnya, Akhlaq yang bai adalah buah dari Ibadah yang baik, atau ibadah yang baik dan diterima oleh Allah SWT tentu akan melahirkan Akhlaq yang bai dan terpuji.

6.      Nabi Muhammad SAW selalu berdo’a agar Allah SWT membaikkan akhlaq beliau.
اللحم اهد نى لا احسن الا خلاق,فانه لا يهدى لاحسنهاالا انت. واصرف عنى سيئها, فانه لا يصرف عنى سيئها الا انت (رواه سلم ).

“(Ya Allah) tunjukilah aku (jalan menuju) Akhlaq yang baik, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat memberi petunjuk (menuju jalan) yang lebih baik selain Engkau. Hindarkanlah aku dari akhlaq yang buruk, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat menghindarkan aku dari akhlaq yang buruk kecuali engkau. ”(HR Muslim)

7.      Didalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan Akhlaq, baik berupa perintah untuk berakhlaq yang baik serta pujian dan pahala yang diberikan pada orang-orang yang mematuhi perintah itu, maupun larang berakhlaq yang buruk serta celaan dan dosa bagi orang-orang yang melanggarnya. Tidak diragukan lagi bahwa banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an tentang akhlaq-akhlaq ini membuktikan betapa pentingnya kedudukan akhlaq didalma Islam.
Demikianlah antara lain beberapa hal yang menjelaskan kepada kita kedudukan dan keistimewaan akhlaq didalam Islam.

E.     CIRI – CIRI AKHLAQ DALAM ISLAM
Disamping kedudukan dan keistimewaan akhlak yang sudah di uraikan dalam fasal sebelumnya maka akhlaq dalam Islam paling kurang juga memiliki lima ciri-cirihas yaitu (1) Rabbani, (2) Manusiawi, (3) Universal, (4) Seimbang, dan (5) Realistik. Berikut ini uraian ringkas kelima ciri-ciri tersebut :
1.      Akhlaq Rabbani
Ajaran Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang bermaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Didalam Al-Qur’an terdapat kira-kira 1.500 ayat yang mengandung ajaran akhlaq, baik yang teoritis maupun yang praktis. Demikian pula hadits-hadits Nabi sangat banyak jumlahnya yang memberikan pedoman akhlaq. Sifat Rabbani dari akhlaq juga menyangkut tujuannya, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan didunia kini dan di akherat nanti.
Ciri Rabbani juga menegaskan bahwa akhlaq dalam Islam bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlaq yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Akhlaq Rabbanilah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia.
Al-Qur’an mengajarkan:

¨br&ur #x»yd ÏÛºuŽÅÀ $VJŠÉ)tGó¡ãB çnqãèÎ7¨?$$sù ( Ÿwur (#qãèÎ7­Fs? Ÿ@ç6¡9$# s-§xÿtGsù öNä3Î/ `tã ¾Ï&Î#Î7y 4 öNä3Ï9ºsŒ Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ öNà6¯=yès9 tbqà)­Gs?  ( البقره : ١٥٣ )
“Inilah jalanku yang lurus; hendaklah kamu mengikutinya; jangan kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu bercerai berai dari jalannya. Demikian diperintahkan kepadamu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-An’am 6: 153)
2.      Akhlaq Manusia
Ajaran Akhlaq dalam Islam sejalan dan memenuhi tuntunan fitrah manusia.kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlaq dalam Islam. Ajaran akhlaq dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlaq Islam adalah akhlaq yang benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya.
3.      Akhlaq Universal
Ajaran akhlaq dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek hidup manusia, baik yang dimensinya vertikal maupun yang horisontal. Sebagai contoh Al-Qur’an menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh anak karena takut miskin, berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi, membunuh orang tanpa alasan yang sah, makan harta anak yatim, mengurangi takaran dan timbangan,  membebani orang lain kewajiban melampaui kekuatannya, persaksian tidak adil, dan menghianati janji dengan Allah (QS Surat Al-An’am 6: 151-152)
4.      Akhlaq Keseimbangan
Ajaran akhlaq dalam Islam berada ditengah antara yang menghayalkan manusia sebagai malaikat yang menitik beratkan segi kebaikannya dan yang menghayalkan manusia seperti hewan yang menitik beratkan sifat keburukannya saja. Manusia menurut pandangan Islam memiliki dua kekuatan dalam dirinya, kekuatan baik pada hati nurani dan akalnya dan kekuatan buruk pada hawa nafsunya. Manusia memiliki naruliah hewani dan juga ruhaniah malaikat. Manusia memiliki unsur ruhani dan jasmani yang memerlukan pelayanan masing-masing secara seimbang. manusia hidup tidak hanya didunia kini tetapi dilanjutkan dengan kehidupan diakherat nanti. Hidup didunia merupakan ladang bagi akherat. Akhlaq Islam memenuhi tuntutan kebutuhan manusia, jasmani dan ruhani, secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia didunia dan akherat secara seimbang pula. Bahkan memenuhi kebutuhan pribadi harus seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat. Rasulullah SAW memberikan ucapan salman kepada Abu Darda’:




7 komentar: