Fi’il
Madhi, Fi’il Mudhari’, Fi’il Amar
Kata kerja atau Kalimah F’il terbagi
tiga:
1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk
Lampau:
Kata
kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, yang telah terjadi sebelum masa
berbicara. Seperti :
قَرَأَ
“Telah membaca”.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima
Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti :
قَرَأْتُ
QORO’TU = “Aku telah membaca” dan
قَرَاَتْ
QORO’AT = “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:
Kata
kerja menunjukkan kejadian sesuatu pada saat berbicara atau setelahnya, pantas
digunakan untuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung.
Dapat
dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya Lam
Taukid dan Ma Nafi. Seperti:
قَالَ
إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ
Berkata Ya’qub:
“Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku…
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati…
Dapat dipastikan kejadian itu
terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya :
س,
سوف, لن, أن, ان.
SYIN, SAUFA, LAN, AN dan
IN
Seperti:
سَيَصْلَى
نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
وَأَنَّ
سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
قَالَ
رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي
berkatalah Musa: “Ya
Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada
Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِّن
سَعَتِهِ
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada
masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.
Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah:
bisa dimasuki لَمْ
seperti contoh:
لَمْ
يَقْرَأْ
artinya: tidak membaca.
Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’
adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu أ – ن – ي
– ت
disingkat menjadi أنيت.
Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai
untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama tunggal/Aku. contoh
أضرب
ADHRIBU = aku akan memukul
Huruf Mudhara’ah Nun dipakai
untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang pertama jamak/Kami. contoh
نــضرب
NADHRIBU = kami akan memukul
Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai
untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau jamak/dia atau
mereka. contoh
يــضرب
YADHRIBU = dia (pr) akan memukul
يــضربان
YADHRIBAANI = dia berdua (lk-pr) akan memukul
يــضربون
YADHRIBUUNA = mereka (lk) akan memukul
يــضربن
YADHRIBNA = mereka (pr) akan memukul
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk
Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau female, juga dipakai untuk orang
ketiga female tunggal dan dual. contoh
تــضرب
TADHRIBU = kamu (lk)/dia
(pr) akan memukul
تــضربا
TADHRIBAA = kamu
berdua (lk-pr)/dia berdua (pr) akan memukul
تــضربون
TADHRIBUUNA = kamu
sekalian (lk) akan memukul
تــضربين
TADHRIBIINA = kamu (pr)
akan memukul
تــضربن
TADHRIBNA = kamu sekalian
(pr) akan memukul
3. Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
Kata kerja untuk memerintah atau
mengharap sesuatu yang dihasilkan setelah masa berbicara. contoh:
اقْرأْ
IQRO’ = bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima
Nun Taukid beserta menunjukkan perintah. contoh
اقْرَأَنَّ
IQRO’ANNA = sungguh bacalah.
Fi’il (Kata Kerja) / فِعْل
فِعْل
FI’IL (Kata Kerja)
FI’IL (Kata Kerja)
Fi’il
atau Kata Kerja dibagi atas dua golongan besar menurut waktu terjadinya:
1. FI’IL MADHY ( فِعْل مَاضِي ) atau Kata Kerja Lampau.
2. FI’IL MUDHARI’ ( فِعْل مُضَارِع ) atau Kata Kerja Kini/Nanti.
1. FI’IL MADHY ( فِعْل مَاضِي ) atau Kata Kerja Lampau.
2. FI’IL MUDHARI’ ( فِعْل مُضَارِع ) atau Kata Kerja Kini/Nanti.
Baik
Fi’il Madhy maupun Fi’il Mudhari’, senantiasa mengalami perubahan bentuk sesuai
dengan jenis Dhamir dari Fa’il ( فَاعِل ) atau Pelaku
pekerjaan itu.
Untuk Fi’il Madhy, perubahan bentuk tersebut terjadi di akhir kata, sedangkan untuk Fi’il Mudhari’, perubahan bentuknya terjadi di awal kata dan di akhir kata.
Untuk Fi’il Madhy, perubahan bentuk tersebut terjadi di akhir kata, sedangkan untuk Fi’il Mudhari’, perubahan bentuknya terjadi di awal kata dan di akhir kata.
Dhamir
|
Fi’il Madhy
|
Fi’il Mudhari’
|
Tarjamah
|
أَنَا
|
فَعَلْتُ
|
أَفْعَلُ
|
= saya mengerjakan
|
نَحْنُ
|
فَعَلْنَا
|
نَفْعَلُ
|
= kami mengerjakan
|
أَنْتَ
|
فَعَلْتَ
|
تَفْعَلُ
|
= engkau (lk) mengerjakan
|
أَنْتِ
|
فَعَلْتِ
|
تَفْعَلِيْنَ
|
= engkau (pr) mengerjakan
|
أَنْتُمَا
|
فَعَلْتُمَا
|
تَفْعَلاَنِ
|
= kamu berdua mengerjakan
|
أَنْتُمْ
|
فَعَلْتُمْ
|
تَفْعَلُوْنَ
|
= kalian (lk) mengerjakan
|
أَنْتُنَّ
|
فَعَلْتُنَّ
|
تَفْعَلْنَ
|
= kalian (pr) mengerjakan
|
هُوَ
|
فَعَلَ
|
يَفْعَلُ
|
= dia (lk) mengerjakan
|
هِيَ
|
فَعَلَتْ
|
تَفْعَلُ
|
= dia (pr) mengerjakan
|
هُمَا
|
فَعَلاَ
|
يَفْعَلاَنِ
|
= mereka berdua (lk) mengerjakan
|
هُمَا
|
فَعَلَتَا
|
تَفْعَلاَنِ
|
= mereka berdua (pr) mengerjakan
|
هُمْ
|
فَعَلُوْا
|
يَفْعَلُوْنَ
|
= mereka (lk) mengerjakan
|
هُنَّ
|
فَعَلْنَ
|
يَفْعَلْنَ
|
= mereka (pr) mengerjakan
|
Perlu diketahui, bahwa dalam sebuah
JUMLAH FI’LIYYAH ( جُمْلَة فِعْلِيَّة ) atau Kalimat Verbal (kalimat sempurna yang mengandung
Kata Kerja), letak Fa’il (Pelaku) bisa di depan dan bisa pula di belakang Fi’il
(Kata Kerja).
1) Untuk Dhamir Ghaib atau “orang
ketiga” ( هُنَّ -
هُمْ -
هُمَا -
هِيَ - هُوَ ).
a. Bila Fa’il mendahului Fi’il maka
perubahan bentuk dari Fi’il tersebut harus mengikuti ketentuan
Mudzakkar/Muannats dan Mufrad/Mutsanna/Jamak.
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il
Madhy yang terletak setelah Fa’il:
اَلْمُسْلِمُ
دَخَلَ الْمَسْجِدَ
|
= muslim itu memasuki masjid
|
اَلْمُسْلِمَةُ
دَخَلَتِ الْمَسْجِدَ
|
= muslimah itu memasuki masjid
|
اَلْمُسْلِمَانِ
دَخَلاَ الْمَسْجِدَ
|
= dua muslim itu memasuki masjid
|
اَلْمُسْلِمَتَانِ
دَخَلَتَا الْمَسْجِدَ
|
= dua muslimah itu memasuki masjid
|
اَلْمُسْلِمُوْنَ
دَخَلُوا الْمَسْجِدَ
|
= kaum muslimin memasuki masjid
|
اَلْمُسْلِمَاتُ
دَخَلْنَ الْمَسْجِدَ
|
= kaum muslimat memasuki masjid
|
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il
Mudhari’ yang terletak setelah Fa’il:
اَلْمُسْلِمُ
يَدْخُلُ الْمَسْجِدَ
|
= muslim itu memasuki masjid
|
اَلْمُسْلِمَةُ
تَدْخُلُ الْمَسْجِدَ
|
= muslimah itu memasuki masjid
|
اَلْمُسْلِمَانِ
يَدْخُلاَنِ الْمَسْجِدَ
|
= dua muslim itu memasuki masjid
|
اَلْمُسْلِمَتَانِ
تَدْخُلاَنِ الْمَسْجِدَ
|
= dua muslimah itu memasuki masjid
|
اَلْمُسْلِمُوْنَ
يَدْخُلُوْنَ الْمَسْجِدَ
|
= kaum muslimin memasuki masjid
|
اَلْمُسْلِمَاتُ
يَدْخُلْنَ الْمَسْجِدَ
|
= kaum muslimat memasuki masjid
|
b. Sedangkan bila Fi’il mendahului
Fa’il, maka bentuk Fi’il tersebut selalu Mufrad, (meskipun Fa’il-nya Mutsanna
atau Jamak). Tetapi untuk bentuk Mudzakkar dan Muannats tetap dibedakan dengan
adanya huruf Ta Ta’nits ( ت
تَأْنِيْث ) atau “Ta Penanda Muannats” pada
Fi’il yang Fa’il-nya adalah Muannats.
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il
Madhy yang terletak sebelum Fa’il:
دَخَلَ
اَلْمُسْلِمُ الْمَسْجِدَ
|
= muslim itu memasuki masjid
|
دَخَلَتِ
الْمُسْلِمَةُ الْمَسْجِدَ
|
= muslimah itu memasuki masjid
|
دَخَلَ
الْمُسْلِمَانِ الْمَسْجِدَ
|
= dua muslim itu memasuki masjid
|
دَخَلَتِ
الْمُسْلِمَتَانِ الْمَسْجِدَ
|
= dua muslimah itu memasuki masjid
|
دَخَلَ
الْمُسْلِمُوْنَ الْمَسْجِدَ
|
= kaum muslimin memasuki masjid
|
دَخَلَتِ
الْمُسْلِمَاتُ الْمَسْجِدَ
|
= kaum muslimat memasuki masjid
|
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il
Mudhari’ yang terletak sebelum Fa’il:
يَدْخُلُ
اَلْمُسْلِمُ الْمَسْجِدَ
|
= muslim itu memasuki masjid
|
تَدْخُلُ
الْمُسْلِمَةُ الْمَسْجِدَ
|
= muslimah itu memasuki masjid
|
يَدْخُلُ
الْمُسْلِمَانِ الْمَسْجِدَ
|
= dua muslim itu memasuki masjid
|
تَدْخُلُ
الْمُسْلِمَتَانِ الْمَسْجِدَ
|
= dua muslimah itu memasuki masjid
|
يَدْخُلُ
الْمُسْلِمُوْنَ الْمَسْجِدَ
|
= kaum muslimin memasuki masjid
|
تَدْخُلُ
الْمُسْلِمَاتُ الْمَسْجِدَ
|
= kaum muslimat memasuki masjid
|
2) Untuk Fa’il lainnya ( أَنْتُنَّ – أَنْتُمْ – أَنْتُمَا – أَنْتَ – أَنْتِ – نَحْنُ – أَنَا )
tetap mengikuti pola perubahan
bentuk Fi’il sebagaimana mestinya.
Fi’il Madhy
|
Fi’il Mudhari’
|
دَخَلْتُ
الْمَسْجِدَ
|
(أَنَا) أَدْخُلُ الْمَسْجِدَ
|
saya telah memasuki masjid
|
saya memasuki masjid
|
دَخَلْنَا
الْمَسْجِدَ
|
(نَحْنُ) نَدْخُلُ الْمَسْجِدَ
|
kami telah memasuki masjid
|
kami memasuki masjid
|
دَخَلْتَ
الْمَسْجِدَ
|
(أَنْتَ) تَدْخُلُ الْمَسْجِدَ
|
engkau telah memasuki masjid
|
engkau memasuki masjid
|
دَخَلْتِ
الْمَسْجِدَ
|
(أَنْتِ) تَدْخُلِيْنَ الْمَسْجِدَ
|
engkau (pr) telah memasuki masjid
|
engkau (pr) memasuki masjid
|
دَخَلْتُمَا
الْمَسْجِدَ
|
(أَنْتُمَا) تَدْخُلاَنِ الْمَسْجِدَ
|
kamu berdua telah memasuki masjid
|
kamu berdua memasuki masjid
|
دَخَلْتُمُ
الْمَسْجِدَ
|
(أَنْتُمْ) تَدْخُلُوْنَ الْمَسْجِدَ
|
kalian (lk) telah memasuki masjid
|
kalian (lk) memasuki masjid
|
دَخَلْتُنَّ
الْمَسْجِدَ
|
(أَنْتُنَّ) تَدْخُلْنَ الْمَسْجِدَ
|
kalian (pr) telah memasuki masjid
|
kalian (pr) memasuki masjid
|
Carilah sebanyak-banyaknya
contoh-contoh Fi’il Madhy dan Fi’il Mudhari’ dalam ayat-ayat al-Quran dan
al-Hadits!
Bait 12-13-14. Pembagian Kalimah Huruf dan Kalimah Fi’il serta ciri-cirinya.
سِوَاهُمَا الْحَرْفُ كَهَلْ وَفِي وَلَمْ ¤ فِعْـــلٌ مُـضَــارِعٌ يَلِي لَمْ كَـيَشمْ
Selain
keduanya (ciri Isim dan Fi’il) dinamaan Kalimah Huruf, seperti lafadz Hal, Fi,
dan Lam. Ciri Fi’il Mudhori’ adalah dapat mengiringi Lam, seperti lafadz Lam
Yasyam.
وَمَاضِيَ الأَفْعَالِ بِالتَّا مِزْ وَسِمْ ¤ بِالنُّـــوْنِ فِعْلَ الأَمْرِ إِنْ أَمْرٌ فُهِمْ
Dan untuk
ciri Fi’il Madhi, bedakanlah olehmu! dengan tanda Ta’. Dan namakanlah Fi’il
Amar! dengan tanda Nun Taukid (sebagi cirinya) apabila Kalimah itu
menunjukkan kata perintah.
وَالأَمْرُ إِنْ لَمْ يَكُ لِلنّوْنِ مَحَلْ ¤ فِيْهِ هُوَ اسْمٌ نَحْوُ صَهْ وَحَيَّهَلْ
Kata
perintah jika tidak dapat menerima tempat untuk Nun Taukid, maka kata perintah
tersebut dikategorikan Isim, seperti Shah! dan Hayyahal!
Pembagian Kalimah Huruf dan Ciri-Cirinya
Kalimah Huruf dapat dibedakan dengan
Kalimah-Kalimah yang lain, yaitu Kalimat selain yang dapat menerima tanda
Kalimah Isim dan tanda Kalimat Fi’il, atau Kalimat yang tidak bisa menerima
tanda-tanda Kalimat Isim dan Fi’il. Kemudian dicontohkannya dengan Lafad هل, في, dan لم
, ketiga contoh Kalimat Huruf tsb menunjukkan penjelasan bahwa Kalimat Huruf
terbagi menjadi dua:
Alfiyah Bait 12-13-14
- Kalimah Huruf Ghair Mukhtash (Tidak Khusus), bisa masuk pada Kalimat Isim, juga bisa masuk pada Kalimat Fi’il. Contoh هل :
هَلْ زَيْدٌ قَائِمٌ وَهَلْ قَامَ زَيْدٌ
Apakah Zaid
orang yg berdiri? Dan apakah Zaid telah berdiri?
Lafadz “HAL” yang pertama masuk pada Kalimat Isim
dan “HAL” yang kedua masuk pada Kalimat Fi’il.
- Kalimat Huruf Mukhtash (Khusus), khusus masuk pada Kalimat Isim contoh في, dan khusus masuk pada Kalimat Fiil contoh لم :
لَمْ يَقُمْ زَيْدٌ فِي الدَّارِ
Zaid tidak
berdiri di dalam Rumah.
Pembagian Kalimah Fi’il dan Ciri-Cirinya
Bait diatas juga menenerangkan bahwa Kalimah
Fi’il terbagi menjai Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar berikut ciri
masing-masing.
- Dikatakan Fi’il Mudhori apabila pantas dimasuki لم contoh:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan
- Dikatakan Fi’il Madhi apabila pantas dimasuki Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah contoh:
قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي
Balqis
berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku”
- Dikatakan Fi’il Amar apabila bentuknya menunjukkan perintah dan pantas menerima Nun Taukid contoh:
أَكْرِمَنَّ الْمِسْكِين
Sungguh
hormatilah oranga miskin !
Apabila ada kalimah yang menunjukkan kata
perintah tapi tidak pantas menerima Nun Taukid, maka kalimah tersebut
digolongkan “Isim Fi’il” seperti lafadz حيهل
menyuruh terima dan lafadz صه
menyuruh diam, Contoh:
صَهْ إذَا تَكَلَّمَ غَيْرُكَ
Diamlah !
jika orang lain berbicara
صه
dan حيهل keduanya
disebut kalimat Isim sekalipun menunjukkan tanda perintah, perbedaannya adalah
dalam hal tidak bisanya menerima Nun Taukid. Oleh karena itu tidak bisa
dilafadzkan صهن atau حيهلن
Share this:
Kategori:Bait
12-13-14 Fi'il Amar, Fi'il Madhi, Fi'il Mudhori', Huruf Ghair
Mukhtash, Huruf
Mukhtash, Isim
Fi'il, Kalimat
Fi'il, Kalimat
Huruf, Pembagian
Kalimat, Tanda
Kalimat
Bait 11. Tanda Kalimat Fi’il: Ta’ Fail, Ta’ Ta’nits Sukun, Ya’ Fail, Nun Taukid.
بِتَا فَعَلْتَ وَأَتَتْ وَيَا افْعَلِي ¤ وَنُوْنِ أَقْبِلَنَّ فِعْـــلٌ يَنْجَلِي
Dengan
tanda Ta’ pada lafadz Fa’alta dan lafadz Atat, dan Ya’ pada lafadz If’ali, dan
Nun pada Lafadz Aqbilanna, Kalimah Fi’il menjadi jelas.
Matan Nazham Alfiyyah
Bait ini menjelaskan bahwa Kalimat Fi’il
dibedakan dari Kalimah Isim dan Kalimah Huruf, dengan beberapa tanda-tanda
pengenalnya sebagaimana disebutkan dalam bait syair, yaitu:
Ta’ Fail
Ta’ dalam contoh فَعَلْتَ dimaksudkan adalah Ta’ Fail
mancakup:
- Ta’ Fail untuk Mutakallim, Ta’ berharkat Dhommah contoh:
ضَرَبْتُ زَيْداً
Aku
memukul Zaid.
- Ta’ Fail untuk Mukhatab, Ta’ berharkat Fathah contoh:
ضَرَبْتَ زَيْداً
Engkau
(seorang laki-laki) memukul Zaid.
- Ta’ Fail untuk Mukhatabah, Ta’ berharkat Kasroh contoh:
ضَرَبْتِ زَيْداً
Engkau
(seorang perempuan ) memukul Zaid.
Ta’ Ta’nits Sukun
Ta’ dalam contoh lafadz اَتَتْ Maksudnya adalah Ta’ Ta’nits yang Sukun. Contoh:ضَرَبَتْ زَيْداً
Dia
(seorang perempuan) memukul Zaid.
Menyebut Ta’ Ta’nits Sukun untuk membedakan dengan Ta’ Ta’nits yang
tidak sukun yang bisa masuk kepada Kalimat Isim dan Kalimat Hururf- Bisa masuk pada Kalimat Isim contoh:
هِيَ مُسْلِمَةٌ
Dia
seorang Muslimah.
- Bisa masuk kepada kalimat Huruf contoh:
وَلاَتَ حِينَ مَنَاصٍ
Ketika itu
tidak ada tempat pelarian.
Ya’ Fa’il
Ya’ dalam contoh lafadz افْعَلِيْ dimaksudkan adalah Ya’ Fail mancakup:- Ya’ Fa’il pada Fi’il Amar. Contoh:
اضْرِبِيْ
Pukullah
wahai seorang perempuan!
- Ya’ Fa’il pada Fi’il Mudhori’, contoh:
تَضْرِبِيْنَ زَيْداً
Engkau
(seorang perempuan) akan memukul Zaid.
Menyebut Ya’ If’aliy atau Ya’ Fail, dan tidak menyebut Ya’ Dhomir
dikarenakan termasuk Ya’ Dhomir Mutakallim yang tidak Khusus masuk kepada Fi’il
tapi bisa masuk kepada semua Kalimat contoh:سَأَلَنِيْ اِبْنِيْ عَنِّيْ
Anakku
menanyaiku tentang aku.
Nun Taukid
Nun dalam contoh lafadz أقْبِلَنَّ dimaksudkan adalah Nun Taukid mancakup:- Nun Taukid Khofifah tanpa Tansydid contoh:
لَنَسْفَعَنْ بِالنَّاصِيَةِ
Sungguh
akan Kami tarik ubun-ubunnya.
- Nun Taukid Tsaqilah memakai Tansydid contoh:
لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ
Sunggah
kami akan mengeluarkanmu wahai Syu’aib.
KALIMAT FI'IL (KATA KERJA) DAN CIRI-CIRINYA
Kalimah
Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi
pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang).
Hampir seperti pengertian kata kerja dalam bahasa Indonesia, namun ada
perbedaan sedikit.
Contoh:
bekerjalah
اُفْعُــلْ
Sedang/ akan bekerja
يَفْــعُــلُ
Telah bekerja
فَــعَــلَ
Tanda- tanda kalimat fi'il
الْفِعْلُ يُعْرَفُ بِقَدْ, وَالسِّينِ وَسَوْفَ وَتَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَةِ
“Kalimat fi’il diketahui dengan adanya : qad (قَدْ), huruf sin (س), saufa (سَوْفَ) dan ta’ ta’nist yang di-sukun..”
Penjelasan :
Kalimat fi’il (dalam Bahasa Indonesia = kata kerja) memiliki tanda yaitu dapat ditambahkan/ dimasukkan kepadanya empat kata;huruf ini : qad, sin (dibaca sa), saufa dan ta’ ta’nist yang di-sukun.
1. Huruf qad (قَدْ), padanya terdapat perincian. Bila masuk kepada fi’il madhiy maka bisa berfaidah tahqiq (تحقيق) = sungguh-sungguh dan bisa juga berfaidah taqrib (تقريب) = dekat.
Contoh : قد طلعت الشمسِ (qad thala’at asy syamsu) = “Matahari benar-benar telah terbit”.
قد قامت الصلاة (qad qaamat ash shalaatu) = “Shalat hampir ditegakkan”
Apabila huruf qad masuk kepada fi’il mudhari’ maka memiliki faidah taqlil (تقليل) = sedikit/ jarang dan taktsir (تكثير) = banyak/ sering.
Contoh : قد يجود البخيل (qad yajuudu al bakhilu) = “orang yang pelit terkadang dermawan”
قد يبخل البخيل (qad yabkhalu al bakhilu) = “orang yang pelit sering berbuat bakhil”
2. Huruf sin (سَ) = “akan”, memberikan faidah istiqbal qarib (إستقبال قريب) = “waktu yang akan datang yang dekat/ sebentar lagi”
Contoh : سيقول السفهاء (sayaquulu as sufahaa’u) = “orang-orang bodoh akan berkata”
3. Saufa (سَوْفَ) = “akan”, memberikan faidah istiqbal ba’id (إستقبال بعيد) = “waktu yang akan datang yang masih lama”
Contoh : سوف تعلمون (saufa ta’lamun) = “kalian akan mengetahui”
4. Ta’ ta’nits yang di-sukun/ mati
Ta’ ta’nits yaitu huruf ta’ (ت) yang dipakai untuk menandai bahwa pelaku fi’il nya adalah muannats/ perempuan.
Contoh : علمتْ زينب (‘alimat Zainabu) = “Zainab telah mengerti”
B. Pembagian Kalimah Fi’il.
1. Berdasaran waktu terjadinya
a. Fi’il madhi
b. Fi’il Mudhari’
c. Fi’il Amar
2. Menurut Jenis hurufnya:
a. Fi’il Shahih
1) Fi’il Salim
2) Fi’il Mahmuz
3) Fi’il Mudho’af
b. Fi’il Mu’tal
1) Fi’il Mitsal
2) Fi’il Ajwaf
3) Fi’il Naqish
4) Fi’il Mafruq
5) Fi’il Maqrun
3. Menurut Objek Penderitanya
a. Fi’il Lazim
b. Fil muta’addi
4. Menurut Bentuk Aktif/ Pasif:
a. Fi’il Ma’lum
b. Fi’il Majhul
5. Menurut Susunan Huruf:
a. Fi’il Mujarrad
b. Fi’il Mazid
Contoh:
bekerjalah
اُفْعُــلْ
Sedang/ akan bekerja
يَفْــعُــلُ
Telah bekerja
فَــعَــلَ
Tanda- tanda kalimat fi'il
الْفِعْلُ يُعْرَفُ بِقَدْ, وَالسِّينِ وَسَوْفَ وَتَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَةِ
“Kalimat fi’il diketahui dengan adanya : qad (قَدْ), huruf sin (س), saufa (سَوْفَ) dan ta’ ta’nist yang di-sukun..”
Penjelasan :
Kalimat fi’il (dalam Bahasa Indonesia = kata kerja) memiliki tanda yaitu dapat ditambahkan/ dimasukkan kepadanya empat kata;huruf ini : qad, sin (dibaca sa), saufa dan ta’ ta’nist yang di-sukun.
1. Huruf qad (قَدْ), padanya terdapat perincian. Bila masuk kepada fi’il madhiy maka bisa berfaidah tahqiq (تحقيق) = sungguh-sungguh dan bisa juga berfaidah taqrib (تقريب) = dekat.
Contoh : قد طلعت الشمسِ (qad thala’at asy syamsu) = “Matahari benar-benar telah terbit”.
قد قامت الصلاة (qad qaamat ash shalaatu) = “Shalat hampir ditegakkan”
Apabila huruf qad masuk kepada fi’il mudhari’ maka memiliki faidah taqlil (تقليل) = sedikit/ jarang dan taktsir (تكثير) = banyak/ sering.
Contoh : قد يجود البخيل (qad yajuudu al bakhilu) = “orang yang pelit terkadang dermawan”
قد يبخل البخيل (qad yabkhalu al bakhilu) = “orang yang pelit sering berbuat bakhil”
2. Huruf sin (سَ) = “akan”, memberikan faidah istiqbal qarib (إستقبال قريب) = “waktu yang akan datang yang dekat/ sebentar lagi”
Contoh : سيقول السفهاء (sayaquulu as sufahaa’u) = “orang-orang bodoh akan berkata”
3. Saufa (سَوْفَ) = “akan”, memberikan faidah istiqbal ba’id (إستقبال بعيد) = “waktu yang akan datang yang masih lama”
Contoh : سوف تعلمون (saufa ta’lamun) = “kalian akan mengetahui”
4. Ta’ ta’nits yang di-sukun/ mati
Ta’ ta’nits yaitu huruf ta’ (ت) yang dipakai untuk menandai bahwa pelaku fi’il nya adalah muannats/ perempuan.
Contoh : علمتْ زينب (‘alimat Zainabu) = “Zainab telah mengerti”
B. Pembagian Kalimah Fi’il.
1. Berdasaran waktu terjadinya
a. Fi’il madhi
b. Fi’il Mudhari’
c. Fi’il Amar
2. Menurut Jenis hurufnya:
a. Fi’il Shahih
1) Fi’il Salim
2) Fi’il Mahmuz
3) Fi’il Mudho’af
b. Fi’il Mu’tal
1) Fi’il Mitsal
2) Fi’il Ajwaf
3) Fi’il Naqish
4) Fi’il Mafruq
5) Fi’il Maqrun
3. Menurut Objek Penderitanya
a. Fi’il Lazim
b. Fil muta’addi
4. Menurut Bentuk Aktif/ Pasif:
a. Fi’il Ma’lum
b. Fi’il Majhul
5. Menurut Susunan Huruf:
a. Fi’il Mujarrad
b. Fi’il Mazid
Kalimah Fi'il dan Tandanya
Kalimah
Fi'il dan Tandanya
Kalimah Fi'il atau Kata Kerja dalam bahasa arab didefinisikan sebagai berikut :
Kalimah Fi'il atau Kata Kerja dalam bahasa arab didefinisikan sebagai berikut :
هُوَ
كَلِمَةٌ
دَلَّتْ
عَلَى
مَعْنًى
فِى
نَفْسِهَا
وَاقْتُرِنَتْ
بِاَ
حَدِ
الاَزْمِنَةِ
الثَلاَثَةِ
وَضْعًا
Artinya:
Kalimah fi'il adalah kalimah yang menunjukkan terhadap maknanya dengan
disertai salah satu dari zaman yang tiga.
Kalimah
fi'il dalam penggunaan maknanya harus diserta salah satu zaman (waktu), zaman
yang dimaksud adalah zaman madhi (lampau), hal (sekarang), istiqbal (akan
datang). contoh
Zaman
madhi :
جَاءَ مُحَمَّدٌ
(Telah datang
Muhammad)
zaman
hal :
يقْرَأُ مُحَمَّدٌ
القُرْانَ
(Muhammad sedang
membaca al Quran)
zaman
istiqbal : سَيَجِيْئُ
مُحَمَّدٌ
(Muhammad akan
datang)
Tanda
Kalimah Fi'il
Kalimah
fi'il bisa dibedakan dengan yang lainnya dengan beberapa ciri sebagai berikut :
1.
Qod Harfiyyah
(قد)
Qod
harfiyah adalah kalimah huruf yang hanya bisa masuk pada kalimah fi'il, baik
fi'il madhi atau mudhore'
Contoh
:
Fiil Madhi قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ
(Benar
benar telah berbahagia orang-orang mukmin)
Fiil
Mudhore' قد يجيء محمدٌ (Terkadang
muhammad datang/ muhammad sering datang)
2.
Sin Tanfis (سين التنفيس)
Sin
tanfis (سَ) adalah huruf sin yang masuk
hanya pada fi'il mudhore dan menyebabkan makna fi'il mudhore menunjukkan pada
zaman istiqbal.
contoh
:
سَيَجِيْئُ
مُحَمَّدٌ
(Muhammad akan
datang)
3.
Saufa (سَوْفَ)
Seperti
halnya sin tanfis, saufa juga hanya masuk pada fi'il mudhore, dan menunjukkan
zaman istiqbal, tetapi biasanya saufa menunjukkan istiqbal yang lebih jauh (بعيد).
Contoh
:
سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ
(Kalian akan
mengetahuinya)
4. Ta
Tanis (تاء التأنيث)
Ta
tanis adalah ta yang mati yang hanya masuk diakhir fi'il madhi. Ta tanis
menunjukkan bahwa fail (Subjek) dari fiil madhi yang dimasukinya adalah
perempuan.
Contoh
:
جَائَتْ
فَاطِمَةٌ
(Fatimah telah
datang)
5. Dhomir Mutaharrik Marfu'
Dhomir
mutaharrik marfu' adalah isim dhomir (kata ganti) yang berada pada tempat
kalimah yang dirofa'kan yaitu berada pada tempatnya fa'il. Dhomir ini hanya
masuk pada akhir fi'il madhi.
Contoh
: dhomir تَ yang terdapat pada
وَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرْاَنَ
6.
Ya dhomir wahdah muannatsah mukhotobah
Dhomir
wahdah muannatsah mukhotobah adalah dhomir yang menunjukkan bahwa yang
mengerjakan (fa'il) adalah seorang wanita yang sedang diajak bicara
(Mukhatabah). Dhomir ini bentuknya adalah ya (ي)
yang masuk pada fi'il mudhore dan fi'il amar.
Contoh
:
تَقْرَئِيْنَ الْقُرْاَنَ (Kamu -seorang perempuan- sedang membaca al
Quran)
إِقْرَئِيْ
الْقُرْانَ
(Bacalah olehmu al
Quran)
7.
Nun Jamak innats
Nun
jamak inats adalah Nun yang menunjukkan perempuan banyak, masuk pada fi'il
mudhore dan fi'il amar.
Contoh
:
هٌنَّ يَقْرَأْنَ الْقُرْاَنَ (Mereka -perempuan - sedang
membaca al Quran)
إِقْرَأْنَ الْقُرْاَنَ
(Bacalah oleh
kalian al Quran)
Wallahu A'lam Bishawab
Isim Fi’il (أسماء الأفعال)
Pengertian Kalimah-kalimah kategori ISIM FI’IL adalah Lafadz yang
menunjukkan arti pekerjaan/Fi’il (الفعل)
akan tetapi tidak dapat menerima tanda-tanda Fi’il (kata kerja).
Isim
Fi’il ada tiga macam:
1.
Isim Fi’il Madhi menunjukkan
arti seperti Fi’il Madhi (Kata kerja bentuk lampau). Contoh:
هَيَهَاتَ (Haihaatah)menunjukkan arti “Telah jauh”.
هَيَهَاتَ (Haihaatah)menunjukkan arti “Telah jauh”.
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ
jauh, jauh sekali
(dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu
شَتَّانَ (Syattaanah)
menunjukkan arti “Telah terpisah/bercerai-berai”
2.
Isim Fi’il Mudhari’ menunjukkan
arti seperti Fi’il Mudhari’ (Kata kerja bentuk sedang atau akan). Contoh:
وَيْ (Waeh)menunjukkan arti “Saya heran/saya takjub/saya kagum”.
وَيْ (Waeh)menunjukkan arti “Saya heran/saya takjub/saya kagum”.
وَىْ كَأَنَّهُ لاَ
يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Aduhai
benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)
أُفٍّ (Off) menunjukkan arti “Saya berkeluh-kesah/saya menggerutu/cih,cis”.
أُفٍّ (Off) menunjukkan arti “Saya berkeluh-kesah/saya menggerutu/cih,cis”.
فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ
maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
3.
Isim Fi’il Amar menunjukkan
arti seperti Fi’il Amar (Kata perintah). Contoh:
صَهْ (Shoh!) menunjukkan arti “Diamlah!” آمِيْن (Aamien) menunjukkan arti “Kabulkanlah!”
صَهْ (Shoh!) menunjukkan arti “Diamlah!” آمِيْن (Aamien) menunjukkan arti “Kabulkanlah!”
Pembagian
Isim Fi’il ada dua:
1.
Isim Fi’il Murtajal adalah
Kalimah yang mana pembawaan awal pemakaiannya sebagai Isim Fi’il. Sebagaimana
pada contoh-contoh diatas.
2.
Isim Fi’l Manqul adalah
Kalimah yang dipakai juga pada selain Isim Fiil, kemudian ditukil menjadi Isim
Fi’il.
Baik penukilan itu berupa Jar-majrur.Semisal عَلَيْكَ (‘Alaiek) “Harus”, إِلَيْكَ (Ilaiek) “Ambillah” dll.Atau berupa ZharafSemisal دُوْنَكَ (Duunak) “Ambillah” , مكانَكَ (Makaanak) “Tetaplah pada tempatnya, أمامَكَ (Amaamak) “Majulah”, وراءِكَ (Waraa’ik) “Mundurlah”. dll.
Baik penukilan itu berupa Jar-majrur.Semisal عَلَيْكَ (‘Alaiek) “Harus”, إِلَيْكَ (Ilaiek) “Ambillah” dll.Atau berupa ZharafSemisal دُوْنَكَ (Duunak) “Ambillah” , مكانَكَ (Makaanak) “Tetaplah pada tempatnya, أمامَكَ (Amaamak) “Majulah”, وراءِكَ (Waraa’ik) “Mundurlah”. dll.
Atau
berupa Masdar
Semisal رُوَيْدَ (Ruwaieda) “Segan” بَلْهَ (Balhah) “Cuek”. dll.
Semisal رُوَيْدَ (Ruwaieda) “Segan” بَلْهَ (Balhah) “Cuek”. dll.
Penggunaan Isim Fiil tetap dalam satu bentuk keadaan, baik untuk
tunggal, dual, jamak, atau baik untuk male, female. Kecuali jika penggunaannya
menggunakan huruf Kaf (ك) maka dapat berubah tergantung keadaan pada kata ganti/Dhamir.
semisal عَلَيْكُنَّ, عَلَيْكُمْ, عَلَيْكُمَا, عَلَيْكِ, عَلَيْكَ
Status Isim Fi’il adalah Sima’i (سماعي)
kalimah bangsa pendengaran, artinya bawaan dari orang Arab. Kecuali ada Isim
Fi’il berpola/berwazan فَعَالَ semisal نَزَالَ, قَتَالَ maka
yang seperti ini, diqiyaskan kepada tashrif Fi’il Tsulatsi yang
Mutashorrif tanpa Naqish.
Assalamualaikum saya mau tanya jika arti dari nun taukid tsaqilah adalah "sungguh" apakah arti dari nun taukid khofifah ?
BalasHapus