Kamis, 12 Juni 2014

makalah bioteknologi sandang


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Erekty, seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skla besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakan. Pada perkembangannya sampai pada tahun 1970 bioteknologi selalu berasosiasi dengan rekayasa biokimia (biochemical engineering).
Definisi bioteknologi apabila dapat dilihat dari akar katanya berasal dari “bio” dan “teknologi” maka kalu digabung pengertiannya adalah penggunaan organism atau system hidup untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menghasilkan produk yang berguna.
Pada tahun 1981, Federasi Bioteknologi Eropa mendefinisikan bioteknologi sebagai berikut, bioteknologi adalah aplikasi terpadu biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa kimia dengan tujuan untuk mendapatkan aplikasi teknologi dengan kapasitas biakan mikroba, sel, atau jaringan di bidang industri, kesehatan, dan pertanian. Sedangkan menurut Sardjoko (1991), bioteknologi didefinisikan sebagai proses-proses biologi oleh mikroorganisme yang dimanfaatkan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia.
1.2.       Rumusan Masalah
·                Bagaimana manfaat perkembangan bioteknologi sandang bagi kehidupan sehari-hari?
·                Bagaimana dampak negatif bioteknologi sandang bagi kehidupan sehari-hari?
1.3.       Tujuan
·                Untuk mengetahui manfaat dan kerugian bioteknologi sandang bagi kehidupan sehari-hari



BAB II
PEMBAHASAN
BIOTEKNOLOGI SANDANG
            Bioteknologi sandang adalah teknologi yang memanfaatkan ilmu biologi yang digunakan untuk menciptakan terobosan baru yang disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Bioteknologi sandang melibatkan agen biologi yang berupa tanaman penghasil bahan sandang. Teknologi yang dikembangkan adalah rekayasa genetika (teknologi) plasmid. Hasil yang diinginkan berupa tanaman transgenik yang tahan terhadap hama penyakit sehingga dapat mengoptimalkan produktivitasnya.
            Kapas BT adalah istilah untuk tanaman kapas transgenik yang tahan terhadap serangan tertentu, BT singkatan dari “Bacillus Thuringiensis” merupakan bakteri tanah yang dapat membunuh serangga tertentu. Bakteri BT dapat menghasilkan Kristal paraspora (protein cry). Protein cry tidak beracun karena masih berupa paratoksin (senyawa awal yang membutuhkan proses biokimia untuk menjadi toksin). Protein cry akan menjadi toksin apabila pada saat kondisi alkali dan mengandung protease pada usus serangga. Apabila menjadi toksin maka usus akan bocor, sehingga serangga menjadi malas makan dan mati, serangga dapat menjadi pembentukan toksin dan peka terhadap toksin. Kelompok yang peka terhadap toksin adalah kelompok “Lepidoptera dan Coleoptera”.
Ulat buah (Helicoverpa armigera) merupakan musuh utama tanaman kapas Indonesia padahal kapas merupakan bahan mentah industri tekstil di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sandang. Ulat ini akan memakan buah kapas yang masih muda sehingga berlubang. seiring pertumbuhannya, ulat ini akan membuat kapas dewasa akan kehilangan serat (karena terpotong-potong). Sehingga, perlu melakukan upaya untuk mematikan hama ulat pada tanaman kapas tanpa mencemari lingkungan, maka ditemukanlah upaya memotong gen protein cry dari bakteri Bt yang telah disatukan dengan gen kapas. Kapas yang mengandung protein cry inilah yang disebut kapas Bt. Protein cry menyebar keseluruh bagian tanaman terutama bagian daun dan bunga yang menyebabkan ulat mati.

MANFAAT BIOTEKNOLOGI SANDANG
·         Dibidang pertanian dan peternakan yaitu mampu menciptakan bibit-bibit unggul yang akan memberikan produk bermutu tinggi secara kualitas dan kuantitas , meningkatnya sifat resistensi tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman, misalnya tanaman transgenik kebal hama, Mengatasi terbatasnya lahan pertanian , Mengatasi produksi bibit yang sama dalam jangka waktu singkat , Mengendalikan serangga perusak tanaman budidaya.
·         Di bidang industri, mampu menciptakan pemberantas hama secara biologis (Bacillus thuringensis) dan tanaman tahan hama dalam tubuhnya disisipi gen bakteri (tanaman transgenik). 
KERUGIAN BIOTEKNOLOGI SANDANG
·         Pelepasan organisme transgenik ke alam dapat keseimbangan alam dan kelestarian organisme.
·         Pencemaran biologi, karena apabila makhluk hidup transgenik lepas ke alam bebas dan kawin dengan makhluk normal dapat menghasilkan keturunan yang mutan.
·         Penyalahgunaan hak pribadi, karena dengan rekayasa genetika perubahan genotip tidak dirancang secara alami sesuai dengan kebutuhan, melainkan menurut kebutuhan pelaku bioteknologi itu sendiri. Hal ini dapat menimbulkan peluang bahaya bagi kelestarian lingkungan hidup.
PROSES PENYISIHAN PROTEIN CRY KEDALAM GEN KAPAS  
DSC_0000428.jpg
Bacillus thuringiensis
DSC_0000429.jpg
Spora dan Kristal Bacillus thuringiensis morrisoni strain
T08025
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan        : Eubacteria
Filum             : Firmicutes
Kelas             : Bacilli
Ordo             : Bacillales
Family           : Bacillaceae
Genus            : Bacillus
Spesies          : Thuringiensis
Nama binomial
Bacillus thuringiensis
Berliner 1915
Bacillus thuringiensis adalah bakteri gram-positif, berbentuk batang, yang tersebar secara luas di berbagai Negara. Bakteri ini termasuk pathogen fakultatif dan dapat hidup di daun tanaman conifer maupun pada tanah. Apabila kondisi lingkungan tidak memungkinkan maka bakteri ini akan membentuk fase sporulasi. Saat sporulasi terjadi, tubuhnya akan terdiri dari protein Cry yang termasuk kedalam protein Kristal kelas endotoksin delta. Apabila serangga memakan toksin tersebut maka serangga tersebut akan mati. Oleh karena itu, protein atau toksin Cry dapat dimanfaatkan sebagai pestisida alami.
Sejarah
Bacillus thuringiensis ditemukan pertama kali pada tahun 1911 sebagai patogen pada ngengat (flour moth) dari Provinsi Thuringia, Jerman. Bakteri ini digunakan sebagai produk  insektisida komersial pertama kali pada tahun 1938 di Perancis dan kemudian di Amerika Serikat (1950). Pada tahun 1960an, produk tersebut telah digantikan dengan galur bakteri yang lebih patogen dan efektif melawan berbagai jenis insekta. Keberadaan  inklusi para spora dalam B. thuringiensis telah ditemukan sejak tahun 1915, namun komposisi protein penyusunnya baru diketahui pada tahun 1915. Pada tahun1953, Hannay, mendeteksi struktur kristal pada inklusi para spora yang mengandunglebih dari satu macam protein kristal insektisida (insecticidal crystal protein, ICP) atau disebut  juga delta endotoksin. Berdasarkan komposisi ICP penyusunnya, kristal tersebut dapat membentuk bipimiramida, kuboid, romdoid datar, atau campuran dari beberapa tipe Kristal.
Habitat
Berbagai macam spesies B. thuringiensis telah diisolasi dari serangga golongan koleoptera, diptera, dan lepidoptera, baik yang sudah mati ataupun dalam kondisi sekarat. Bangkai serangga sering mengandung spora dan ICP B. thuringiensis dalam http://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.pnghttp://htmlimg4.scribdassets.com/o3sellyv41t002a/images/3-cc993e9d22.png  jumlah besar. Sebagian sub spesies juga didapatkan dari tanah, permukaan daun, dan habitat lainnya. Pada lingkungan dengan kondisi yang baik dan nutrisi yang cukup, spora bakteri ini dapat terus hidup dan melanjutkan pertumbuhan vegetatifnya.
B.thuringiensis dapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman, termasuk sayuran, kapas, tembakau, dan tanaman hutan.

Toksin Bt
DSC_0000430.jpg
Struktur tiga dimensi dari toksin Bt
Protein atau toksin Cry tersebut akan dilepas bersamaan dengan spora ketika terjadi pemecahaan dinding sel. Apabila termakan oleh larva insekta, maka larva akan menjadi inaktif, makan terhenti, muntah, atau kotorannya menjadi berair. Bagian kepala serangga akan tampak terlalu besar dibandingkan ukuran tubuhnya. Selanjutnya, larva menjadi lembek dan mati dalam hitungan hari atau satu minggu. Bakteri tersebut akan menyebabkan isi tubuh insekta menjadi berwarna hitam kecoklatan, merah, atau kuning, ketika membusuk. 
Toksin Cry sebenarnya merupakan protoksin, yang harus diaktifkan terlebih dahulusebelum memberikan efek negatif. Aktivasi toksin Cry dilakukan oleh protease usussehingga terbentuk toksin aktif dengan bobot 60 kDA yang disebut delta-endotoksin.Delta-endotoksin ini diketahui terdiri dari tiga domain. Toksin tersebut tidak larut padakondisi normal sehingga tidak membahayakan manusia, hewan tingkat tinggi, dansebagian insekta. Namun. pada kondisi pH tinggi (basa) seperti yang ditemui di dalamusus lepidoptera, yaitu di atas 9.5, toksin tersebut akan aktif. Selanjutnya, toksin Cry akan menyebabkan lisis (pemecahan) usus lepidoptera.
B. thuringiensis dapat memproduksi dua jenis toksin, yaitu toksin kristal (Crystal, Cry) dan toksin sitolitik (cytolytic, Cyt). Toksin Cyt dapat memperkuat toksin Cry sehingga banyak digunakan untuk meningkatkan efektivitas dalam mengontrol insekta. Lebihdari 50 gen penyandi toksin Cry telah disekuens dan digunakan sebagai dasar untuk  pengelompokkan gen berdasarkan kesamaan sekuens penyusunnya. Tabel di bawah inimerupakan klasifikasi toksin Bt pada tahun 1995.
Gen
Bentuk Kristal
Bobot Protein (kDa)
Insekta Yang Dipengaruhi
Cry I [several subgrup: A(a), A(b), A(c), B, C, D, E, F, G]
Bipiramida
130-138
Larva Lepidoptera
Cry II [subgrup A, B, C]
Kuboid
69-71
Lepidoptera and diptera
Cry III [subgrup A, B, C]
Datar/tidak teratur
73-74
Koleoptera
Cry IV [subgrup A, B, C, D]
Bipiramida
73-134
Diptera
Cry V-IX
Berbagai macam
35-129
Berbagai macam

DSC_0000436.jpg
Larvasida, produk untuk membunuh larva nyamuk yang terbuat dari kompleks protein B. thuringiensis israelensis.
Menurut laporan  WHO  pada tahun 1999, sebanyak 13.000 ton produk B. thuringiensis diproduksi setiap tahunnya melalui teknologi fermentasi aerobik. Sebagian besar  produk tersebut yang mengandung ICP dan spora hidup, sedangkan sebagian lainnya mengandung spora yang telah diinaktivasi. Produk B. thuringiensis konvensional hanya dibuat untuk mengatasi hama lepidoptera yang menyerang tanaman pertanian dan  perhutanan. Namun, sekarang ini, banyak galur B. thuringiensis yang diproduksi untuk mengatasi golongan koleoptera dan diptera (perantara penyakit yang diakibatkan parasit dan virus). B. thuringiensis komersil juga telah diformulasikan sebagai insektisida untuk dedaunan, tanah, lingkungan perairan, dan fasilitas penyimpanan makanan. Contoh penggunaan B. thuringiensis pada lingkungan perairan adalah mengontrol nyamuk, lalat, dan larva serangga pengganggu lain pada waduk  penampung air minum. Setelah diaplikasikan kesuatu ekosistem tertentu, sel vegetatif dan spora akan bertahan  pada lingkungan sebagai komponen alami mikroflora dalam hitungan minggu, bulan, atau tahunan dan perlahan-lahan akan berkurang jumlahnya. Namun, ICP secara biologis akan inaktif dalam hitungan jam atau hari.
Aplikasi produk B. thuringiensis dapat menyebabkan pekerja lapangan terpapar secara aerosol ataupun melalui kontak dermal, serta mengkontaminasi makanan dan minuman pada lahan pertanian. Namun, menurut hingga tahun 1999, belum ada laporan yang menunjukkan efek parah dari kontaminasi B. thuringiensis pada manusia, kecuali terjadinya iritasi mata dan kulit. Namun, sel vegetatif B. thuringiensis berpotensi memproduksi racun yang mirip dengan yang dihasilkan oleh Bacillus cereus dan belum diketahui apakah dapat menyebabkan penyakit manusia atau tidak. Penggunaan produk B. thuringiensis juga diketahui menimbulkan resitensi pada sebagian insekta, seperti Plodia interpunctella, Cadra cautella, Leptinotarsa decemlineata, Chrysomela scripta, Spodoptera littoralis, Spodoptera exigua, sehingga penggunaan produk tersebut bertujuan agar pengendalian hama harus lebih diperhatikan.
DSC_0000438.jpg
Rami atau haramai (Boehmeria nivea) berbeda dengan kenaf (Hibiscus cannabinus), dan yute (Corchorus olitorius dan Corchorus capsularis). Meskipun tiga tanaman ini sama - sama penghasil serat nabati untuk berbagai keperluan. Serat rami, digunakan untuk bahan kain. Sementara kenaf dan yute untuk tali atau karung goni. Sebab serat kenaf dan yute relatif lebih kaku dan kasar dibanding dengan rami. Ada dua kain yang berasal dari serat rami. Apabila serat rami diproses pertama yang disebut dekortikasi, maka serat yang dihasilkan bernama china grass (rumput china). Apabila china grass dipintal dan ditenun, akan dihasilkan kain lenan. Kain lenan berwarna cokelat khaki yang merupakan warna asli dari serat rami. Apabila china grass diproses lebih lanjut (proses II) yang disebut degumming, maka serat yang dihasilkan akan menjadi putih dan halus yang disebut sebagai rami top (rami super). Serat rami top lebih putih dan lebih halus dari serat kapas. Kalau serat ini dipintal dan ditenun, maka kain yang dihasilkan adalah kain satin yang halus. India merupakan penghasil serat rami terkemuka di dunia. Hingga tingkat ketergantungannya pada serat kapas menjadi kecil sekali. Berbeda dengan Indonesia yang meskipun merupakan negara penghasil tekstil terkemuka didunia, namun kapasnya harus diimpor dari AS dan Kazakstan. Sebab kapas memang tidak  mungkin ditanam dengan hasil sempurna  di kawasan tropis yang panjang harinya maksimal hanya 12 jam.
DSC_0000439.jpg
Kapas menghendaki panjang hari sampai 17 jam dimusim panas untuk memperoleh hasil serat yang optimal. Sebagai kawasan tropis, Indonesia mestinya memang harus mengandalkan kebutuhan seratnya dari rami bukan dari kapas. Tetapi mesin-mesin pemintalan dan tekstil yang ada di Indonesia, saat ini sudah dirancang untuk memintal dan menenun kapas bukan untuk mengerjakan serat rami. Industry tekstil yang dibangun diIndonesia, modalnya juga dari World Bank dan bantuan-bantuan (pinjaman) dari negeri penghasil kapas didunia. Karenanya tingkat ketergantungan kita pada kapas menjadi tinggi sekali. Lain halnya dengan india yang sangat jeli karena dikawasan sub tropisnya mereka mengembangkan kapas, sementara dikawasan tropis mereka menanam rami.
RRC merupakan penghasil kapas terbesar didunia, tetapi akhir tahun 1990an masih terpaksa impor, karena jumlah penduduknya yang diatas 1 milyar jiwa. Menyadari hal ini, sekarang mereka mulai mengembangkan rami dikawasan selatan yang relative masih beriklim tropis. Beberapa waktu yang lalu Monsanto melakukan uji coba kapas transgenik di Seulsel. LSM Indonesia pun heboh dan memprotes kegiatan tersebut.
Petani merasa dikubuli oleh Monsanto sebab hasil kapas yang diharapkan beberapa kalilipat ternyata jeblok. Padahal kata Monsanto, kapas transgenik ini telah dikembangkan di RRC dengan hasil sangat bagus. Sebenarnya kegiatan memasukkan kapas transgenik ke Indonesia ini hanyalah merupakan upaya “mengalihkan” perhatian masyarakat dan juga LSM dari komoditas rami. Disinilah letak kebodohan aktivis LSM Indonesia. Transgenik memang sedang menjadi isu internasional. Teknologi ini merupakan hasil rekayasa genetika yang dilakukan oleh (terutama) para ahli pertanian AS. Kedalam gen kedelai, kacang tanah dan jagung misalnya, disusupkan gen bakteri, yang mengakibatkan sel-sel tanaman tersebut menggelembung, untuk mempertahankan diri dari desakan gen bakteri yang disusupkan kedalamnya. Akibatnya biji kedelai, kacang tanah dan jagung pun ikut pula menggelembung jadi sangat besar. Mereka melakukan hal ini dengan enteng sebab kedelai, kacang tanah dan jagung adalah bahan utama pakan ternak. Bukan untuk dijadikan tempe sebagai pakan manusia seperti dinegeri kita. Yang lebih sadis lagi, mereka juga menyusupkan gen manusia pada ternak sapi perah. Sebab selama ini ada keluhan dari konsumen bahwa sebaik-baiknya susu sapi, masih lebih baik air susu ibu. Maka dengan menyusupkan gen manusia kedalam gen sapi perah, para ahli berharap bahwa susu sapi yang dihasilkan akan sama dengan air susu ibu. Masyarakaat Ekonomi Eropa (MEE) menolak keras atas upaya transgenic ini. Isu inilah yang dimanfaatkan oleh konglomerasi agroindustri kapas dunia untuk membodohi LSM Indonesia, dan ternyata LSM kita telah terpancing. Sebab yang menjadi permaslahan pada kapas, bukan soal transgenik atau bukan. Indonesia memang tidak mungkin menanam kapas karena panjang harinya hanya 12 jam. Meskipun Monsanto telah mengatakan bahwa kapas transgenic ini telah melalui uji coba di RRC, namun justru hal itu lebih menunjukan kebodohan kita. RRC adalah Negara sub tropis yang panjang harinya memang bisa 17 jam. Indonesia lebih pas mengembangkan ramiuntuk andalan bahan baku industry tekstil. Tetapi niat demikian niscaya akan ditentang oleh para pelaku bisnis kapas di AS. Sebab dengan demikian maka pangsa pasar mereka akan tertinggi. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor empat di dunia (setelah RRC, India, dan AS) tentu sangat potensial diperlukan sebagai buruh pada industry tekstil. Kita harus ingat bahwa sebagian dari industry tekstil kita ditandai dari pinjaman asing termasuk paling besar dari World Bank.
Semua itu merupakan serangkaian upaya guna mengamankan bisnis kapas di negeriAS. Kalau tiba-tiba kita ingin mengembangkan rami, pasti World Bank dan IMF tidak akan bersedia untuk mendanai. Bahkan jauh-jauh hari, pabrik pemintalan dan pabrik tekstil di Indonesia telah menolak segala usulan untuk mengembangkan rami. Dengan alas an bahwa mesin-mesin mereka sejak awal telah dirancang khusus untuk menangani kapas bukan rami, tetapi inilah salah satu indikasi bahwa kita memang telah benar-benar dicengkeram oleh kapitalis dunia yang menangani bisnis kapas. Selain lebih cocok dengan agroklimat kawasan tropis, rami juga memiliki sifat sangat bandel. Tahan ditanam dilahan tandus, tahan hama serta penyakit dan daunnya bisa untuk pakan ternak Rami juga bisa ditanam secara tumpang sari dibawah tegakan albisia, jati, dan tanaman keras lainnya. Tanaman rami berupa perdu setinggi antara 1,5 - 2,5 meter. Batangnya sebesar kelingking, berkayu namun berongga dibagian dalamnya, daunnya mirip dengan bentuk daun murbei dan berbulu. Tanaman rami menumbuhkan rizome, yakni batang didalam tanah yang lazim pula disebut sebagai akar tinggal. Dari rizome ini akan tumbuh individu tanaman baru hingga pengembangbiakan rami yang paling tepat dilakukan dengan rizomenya. Bukan melalui stek batang, meskipun hal ini juga bisa dilakukan. Tanaman rami mulai menghasilkan rizome pada umur 3 bulan semenjak tanam, selanjutnya pada umur 6 bulan pertama seratnya sudah bisa dipanen, panen berikutnya bisa dilakukan selang 3 bulan sekali dengan catatan pengairannya cukup baik. Dengan kondisi pengairan yang cukup baik, dalam setahun satu rumpun tanaman rami bisa dipanen sampai 4 kali. Namun kalau pengairan hanya mengandalkan curah hujan, maka rami hanya bisa dipanen 2 kali dalam setahun. Tanaman ini bisa tumbuh baik mulai dari dataran rendah (0 m, dpl – 1.500 m, dpl). Tetapi pada ketinggian 1.000 m, dpl umur panennya akan semakin panjang. Tempat tumbuh ideal bagi tanaman rami adalah dataran menengah dengan ketinggian antara 300 – 700 m, dpl di lokasi ini pertumbuhan rami akan mengalami titik optimal.
Serat rami diambil dari batang, cara pengambilannya dengan memotong pangkal batang, membuang pucuk serta daunnya (untuk pakan ternak) serta mengelupas kulitnya. Kayu rami yang telah dikuliti bisa dijemur untuk kayu bakar dalam proses dekortikasi (perebusan kulit). Tiap hektar lahan yang ditanami rami secara monokultur, akan menghasilkan serat basah sebanyak 5 ton sekali panen. Hingga dengan pengairan yang baik, tiap hektar lahan dalam setahun akan dapat menghasilkan serat basah sampai 20 ton, harga sserat basah ini Rp. 1.000/kg, sampai ke lokasi prosesing serat basah ini mengalami proses perebusan yang disebut dekortikasi, akan menjadi serat rami atau china grass. Disebut demikian karena di zaman RRC dibawah kekuasaan Mao, maka china grass inilah bahan baku utama pakaian rakyat RRC.
Dari 5 ton serat basah, akan dihasilkan 2,5 ton china grass kering. Harga china grass meningkat menjadi Rp. 4.000,-/kg. selanjutnya china grass bisa langsung dipintal dan ditenun menjadi kain lenan atau diproses lebih lanjut melalui degumming (penghilang getah) menjadi rami top atau kapas rami. Dari 2,5 ton china grass, akan dihasilkan hanya 1 ton rami top. Tetapi harga rami top ini mencapai Rp. 15.000,-/kg. hingga dari 1 hektar kebun rami berpengairan baik, tiap tahunnya akan dapat dihasilkan 4 ton rami top dengan nilai Rp. 60.000.000,- semua proses dari pengulitan (mengahasilkan kulit basah), dekortikasi (menghasilkan china grass) sampai ke degumming  (menghasilkan rami top), bisa dikerjakan oleh para petani sendiri. hingga agribisnis rami merupakan kegiatan yang sangat padat karya. Tiap hektar lahan yang akan ditanami rami secara monokultur, memerlukan 40.000 bibit rizome. Harga bibit rizome saat ini sekitar Rp 250.000,- (ambil) atau sekitar Rp300,- (pranko kebun). Hingga dalam tiap hektar kebun rami diperlukan biaya pembelian bibit Rp 12.000.000,- Namun dalam waktu 3 bulan, areal ini akan menghasilkan bibit minimal 80.000 rizome (per rumpun menghasilkan 2 rizome). Hingga selang tiga bulan semenjak tanam, petani sudah bisa mengembangkan bibit sendiri untuk perluasan areal tanam. Sebenarnya, pengembangan rami bisa berlanjut ke pemintalan dan penenunan dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), dan dilanjutkan ke pembatikan. Sebab, nilai tambah yang akan didapat oleh para petani akan semakin tinggi, sementara tingkat ketergantungan perajin tenun dan batik pada kapas impor juga bisa teratasi.
Kawasan yang potensial untuk pengembangan tanaman rami antara lain Riau, Jambi, Sulsel, Kalimantan (seluruhnya) dan beberapa kawasan lain yang bertanah basah. Tetapi, penanaman rami di areal pasang surut, harus menggunakan teknologi tabukan atau sistem surjan. Sebab meskipun rami tidak tahan kekeringan, sekaligus dia juga peka genangan. LSM Indonesia, mestinya agak kritis dalam menanggapi isu yang dilempar oleh kaum Kapitalis. Ketika LSM kita tersebut hiruk pikuk menentang kapas transgenik, sebenarnya kaum kapitalis tertawa. Sebab dengan perilaku tersebut, sebenarnya LSM kita telah menari - nari mengikuti genderang yang ditabuh oleh konglomerat dunia dengan bisnis utama kapas. Mestinya LSM kita harus lebih banyak  belajar dari India. Diam - diam mereka menanam rami dan sekaligus memintal serta menenunnya dengan mesin - mesin sederhana yang mereka ciptakan serta mereka rakit sendiri. Itulah satu - satunya cara untuk melawan dominasi kapas yang dihasilkan oleh para petani dari Texas, Amerika Serikat.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bioteknologi sandang ialah teknologi yang memanfaatkan ilmu biologi yang digunakan untuk menciptakan terobosan baru yang disesuaikan dengan kebutuhan manusia, dan bioteknologi sandang melibatkan agen biologi yang berupa tanaman penghasil bahan sandang. Reaksi yang dikembangkan adaah rekayasa genetika (teknologi) plasmid dan menginginkan hasil yang berupa tanaman transgenic yang tahan terhadap hama pengakit sehingga dapat mengoptimalkan produktifitasnya.
Bt  (Bacillus thuringiensis) adalah bakteri gram-positif, berbentuk batang, yang tersebar secara luas di berbagai Negara. Bakteri ini termasuk pathogen fakultatif dan dapat hidup di daun tanaman conifer maupun pada tanah. Apabila kondisi lingkungan tidak memungkinkan maka bakteri ini akan membentuk fase sporulasi.
Saran
            Dalam menerapkan bioteknologi, kita sebagai manusia yang memiliki naluri seyogiannya dapat menerapkannya sesuai dengan norma-norma agar dampak negative dari penerapan bioteknologi dapat kita netralisir. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca mengenai bioteknologi.


DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/105707462/BIOTEKNOLOGI-SANDANG http://www.scribd.com/doc/105707462/BIOTEKNOLOGI-SANDANG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar