MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 2
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA
DENGAN MENGGUNAKAN TEORI MOTIVASI BELAJAR dan KONSEP PENGELOLAAN KELAS

Oleh :
CITRA AULIA WULANDARI
E1C113024
A/III
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA,
SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nyalah penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, orang tua, dan
teman-teman yang telah banyak membantu dan mendukung dalam menyelesaikan
makalah ini baik materi maupun moril.
Penyusun
berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa
S-1 pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai calon guru dan pembaca pada
umumnya. Para pembaca dapat mengetahui informasi mengenai cara meningatkan
minat belajar siswa dengan menggunakan teori motivasi belajar, dan
konsep-konsep pengelolaan kelas. Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca
dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tema yang ada di dalam
makalah ini. Dalam menyusun makalah ini mungkin terdapat kesalahan, baik dalam
penulisan maupun isi makalah. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan.
Mataram,
03 Januari 2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
|
..................................................................................................................
|
i
|
||||||||||||||
Daftar Isi
|
..............................................................................................................................
|
ii
|
||||||||||||||
BAB I PENDAHUUAN
|
.......................................................................................................
|
|
||||||||||||||
1.1
Latar Belakang
|
.........................................................................................................
|
1
|
||||||||||||||
1.2
Rumusan Masalah
|
....................................................................................................
|
1
|
||||||||||||||
1.3
Tujuan Penulisan
|
......................................................................................................
|
1
|
||||||||||||||
1.4
Manfaat
|
....................................................................................................................
|
2
|
||||||||||||||
BAB II LANDASAN TEORI
|
.............................................................................................
|
|
||||||||||||||
2.1
Pengertian Minat Belajar
|
..........................................................................................
|
3
|
||||||||||||||
2.2
Konsep Teori Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran
|
.............................................
|
3
|
||||||||||||||
2.3
Konsep Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran
|
....................................................
|
10
|
||||||||||||||
BAB III PEMBAHASAN
|
.................................................................................................
|
|
||||||||||||||
3.1
Penerapan Teori Motivasi Belajar dan
Konsep Pengelolaan Kelas Dalam
Pembelajaran
|
....................................................
|
22
|
||||||||||||||
3.2
Tahap-tahap Pembelajaran
|
........................................................................................
|
23
|
||||||||||||||
BAB IV PENUPTUP
|
.........................................................................................................
|
|
||||||||||||||
4.1
Kesimpulan
|
..............................................................................................................
|
25
|
||||||||||||||
4.2
Saran
|
.........................................................................................................................
|
26
|
||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||||
DAFTAR PUSTAKA
|
..........................................................................................................
|
27
|
||||||||||||||
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Seorang
siswa tidak mungkin dapat menguasai semua mata pelajaran. Mungkin ada siswa
yang unggul disatu pelajaran saja. Kemudian orang tua justru memberikan anak
les di pelajaran yang lemah tadi. Pelajaran yang kurang didorong terus dan
dipaksakan sehingga anak menjadi tertekan. Akhirnya, siswa menjadi stres,
keunggulannya hilang dan minat belajarnya menurun.
Siswa
yang malas belajar akan santai saja dalam menghadapi Ulangan Harian (UH),
Ulangan Tengah / Akhir Semester, Try Out atau mungkin dalam menghadapi Ujian
Nasional (UNAS). Pada saat itu, siswa yang tidak belajar akan mengambil jalan
pintas dengan menyontek. Dan hasilnya akan buruk sekali, banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah SKM pada saat UH, UTS, UAS, nilai Try Out yang jelek
dan tidak lulus pada saat UNAS. Hal seperti inilah yang mengakibatkan penurunan
prestasi siswa yang juga merugikan orang tua, sekolah, dan kedepannya
nanti Indonesia akan selalu kalah dalam bersaing di bidang ilmu dan
teknologi. Menurunnya minat belajar siswa tersebut tentunya bisa diatasi, agar
tujuan pendidikan dapat tercapai.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Apakah
pengertian dari minat belajar?
1.2.2 Bagaimana
konsep teori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam pembelajaran?
1.2.3 Bagaimana
penerapan teori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam
meningkatkan minat belajar siswa?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.3.1 Mengetahui
pengertian dari minat belajar menurut para ahli
1.3.2 Untuk
mengetahui konsep dari tori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam
pembelajaran
1.3.3 Untuk
mengetahui penerapan teori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam
meningkatkan minat belajar siswa
1.4
Manfaat
1.4.1 Dapat
memahami pengertian minat belajar siswa menurut para ahli
1.4.2 Dapat
memahami konsep dari teori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam
pembelajaran
1.4.3 Dapat
memahami penerapan teori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam
meningkatkan minat belajar siswa
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian
Minat Belajar
Minat
adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Minat merupakan moment-moment dari
kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang
dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat
elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat (Kartono, 1995). Minat juga berkaitan
dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif),
emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang
suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori,
1985). Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda
yang hidup menjadi obyek dari biologi. Oleh karena itu biologi berobyekkan
benda-benda yang hidup. Maka cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung di dalamnya.
Biologi sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan juga merupakan objek pada
aspek minat. Dengan demikian, bidang biologi dapat melahirkan reaksi perasaan
senag, gembira, dan semangat belajar, begitu pula sebaliknya, tergantung dari
kepribadian siswa sendiri apakah menaruh minat yang tinggi terhadap bidang
biologi atau tidak (Ahmadi, 1998). Minat dapat diartikan kecenderungan untuk
dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau
kegiatan dalam bidang-bidang tertentu (Lockmono, 1994).
2.2
Konsep
Teori Motivasi Belajar dalam Pembelajaran
Pengertian
Motivasi belajar, motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai
“daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman, 2001 : 71). Pendapat lain
juga mengatakan bahwa motivasi adalah “keadaan dalah diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003
: 110) – Pengertian Motivasi Belajar
Siswa Menurut Para Ahli Definisi Motivasi Belajar Siswa – Dalam buku
psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya
penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari
dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005 : 55).
Dalam
bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu
pernyataan yang kompleks di dalam suatu organism yang mengarahkan tingkah laku
terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang
membatasi/memnentukan tingkah laku organism itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61). Dengan
demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya
percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.
Belajar
dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan
timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya
respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu
bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara
oleh suatu hal (Nasution, dkk : 1992 : 3).
Belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilan dan kemampuannya,daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain
aspek yang ada pada individu (Sudjana,2002 : 280).
Djamarah
mengemukakan vahwa belajar adalah “suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar
untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari” (Djamarah,
1991 : 19-21). Sedangkan menurut Slameto belajar adalah “merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Belajar
merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapat dari bahan yang
dipelajari dan adanya perubahan dalam diri seseorang baik itu pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap dan tingkah lakunya.
Motivasi belajar merupakan
sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu
dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
1.
Jenis-jenis
Motivasi Belajar
Berbicara tentang jenis
dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Sardiman mengatakan
bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu :
a. Motivasi
dilihat dari dasar pembentukannya
·
Motif-motif bawaan adalah motif yang
dibawa sejak lahir
·
Motif-motif yang dipelajari artinya
motif yang timbulkan karena dipelajari
b. Motivasi
menurut pembagian dari woodworth dan marquisdalam Sardiman
·
Motif atau kebutuhan organis misalnya,
kebutuhan minuman, makanan, bernafas, seksual, dan lain-lain.
·
Motif-motif darurat misalnya,
menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya
·
Motif-motif objektif
c. Motivasi
jasmani dan rohani
·
Motivasi jasmani, seperti, rileks,
insting otomatis, napas dan sebagainya
·
Motivasi rohani, seperti kemauan atau
minat
d. Motivasi
intrinsic dan ekstrinsik
·
Motivasi intrinsic adalah motif-motif
yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam
diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu
·
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar (Sardiman, 1996:90).
Pendapat
lain mengemukakan bahwa dua jenis motivasi yaitu sebagai berikut :
“Motoivasi
primer, adalah motivasi yang didasarkan atas motif-motif dasar. Motivasi
sekunder adalah yang dipelajari” (Dimyanti dan Mudjiono, 1999:88).
Adanya
berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran tentang motif-motif
yang ada pada setiap individu. Adapun motivasi yang berkaitan dengan mata
pelajaran bahasa arab adalah motivasi ekstrinsik, dimana motivasi ini
membutuhkan ransangan atau dorongan dari luar misalnya, media, baik media
visual, audio, maupun audio visual serta buku-buku yang dapat menimbulkan dan
memberikan inspirasi dan ransangan dalam belajar.
Adapun
bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah memberi angka, hadiah, pujian,
gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman
(Djamarah dain Zain, 2002 : 168).
2.
Fungsi Motivasi dalam Pembelajaran
Pentingnya peranan motivasi dalam
proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai
bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan
baik diakibatkan factor dari dalam maupun luar siswa untuk mencapai tujuan
tertentu guna memenuhi/memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran
maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran.
Peran motivasi dalam proses
pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat digolongkan sebagai bahan bakar
untuk menggerakkan mesin motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa
berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu
kuat justru dapat berpengaruh negative terhadap ke efektifan usaha belajar
siswa.
Fungsi motivasi dalam pembelajaran,
yaitu :
a.
Mendorong
timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu
perbuatan misalnya belajar.
b.
Motivasi
berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
c.
Motivasi
berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Pada
garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai dalam pembelajaran sebagai
berikut :
a.
Motivasi
menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa .
b.
Pembelajaran
yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa.
c.
Pembelajaran
yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara
sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan
dan memelihara motivasi belajar siswa.
d.
Berhasil
atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses
pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
e.
Penggunaan
asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan
pembelajaran.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Motivasi Belajar
dalam aktifitas belajar, seseorang
individu membutuhkan suatu doronagn atau motivasi sehingga seseuatu yang diinginkan
dapat tercapai, dalam hal ini ada beberapa factor yang mempengaruhi belajar
antara lain :
a.
Faktor
individual
Seperti, kematangan atau
pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi dan factor pribadi
b.
Faktor
sosial
Seperti, keluarga atau keadaan rumah
tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi sosial
(Purwanto, 2002 : 102).
Dalam pendapat lain, factor lain
yang dapat mempengaruhi belajar yaitu :
1.
Faktor-faktor
intern
a.
Faktor
jasmaniah
·
Faktor
kesehatan
·
Faktor
cacat tubuh
b.
Faktor
fhisikologis
·
Intelegensi
·
Minat
dan motivasi
·
Perhatian
dan bakat
·
Kematangan
dan kesiapan
c.
Faktor
kelelahan
·
Kelelahan
jasmani
·
Kelelahan
rohani
2.
Faktor-faktor
ekstern
a.
Faktor
keluarga
·
Cara
orang tua mendidik
·
Relasi
antara anggota keluarga
·
Suasana
rumah
·
Keadaan
gedung dan metode belajar
b.
Faktor
sekolah
·
Metode
mengajar dan kurikulum
·
Relasi
guru dan siswa
·
Disiplin
sekolah
·
Alat
pengajaran dan waktu sekolah
·
Keadaan
gedung dan metode belajar
·
Standar
pelajaran di atas ukuran dan tugas rumah
c.
Faktor
masyarakat
·
Kegiatan
siswa dalam masyarakat
·
Mass
media dan teman bergaul
·
Bentuk
kehidupan masyarakat (Slameto, 1997 : 71)
Dengan demikian seorang guru harus
benar-benar memahami dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada siswa,
sehingga didalam memberikan dan melaksanakan proses belajar mengajar harus
memperhatikan faktor tersebut, baik dari psikologis, lingkungan dengan kata
lain faktor intern dan ekstern.
Terkait dengan hal yang tersebut di
atas, maka Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar antara lain :
1.
Cita-cita
/ aspirasi siswa
2.
Kemampuan
siswa
3.
Kondisi
siswa dan lingkungan
4.
Unsur-unsur
dinamis dalam belajar
5.
Upaya
guru dalam membeljarkan siswa (Dimyati dan mudjiono, 1999 : 100)
4.
Bentuk Motivasi Yang Dilakukan Untuk
Membangkitkan Minat Belajar Siswa
Adapun bentuk motivasi yang harus
dilakukan oleh seorang guru untuk membangkitkan minat belajar siswa menurut
(Djamarah dan Zain, 2002 : 168), yaitu:
a.
Memberi
angka
Memberikan angka (nilai) artinya
adalah sebagai satu symbol dari hasil aktifitas anak didik. Dalam memberi angka
(nilai) ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang bervariasi.
Pemberian angka kepada anak didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau
motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.
b.
Hadiah
Hadiah disisni maksudnya suatu
pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini
akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena
akan dianggap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.
c.
Pujian
Memberikan pujian terhadap hasil
kerja anak didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu. Adanya
pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga
semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi.
d.
Gerakan
tubuh
Gerakan tubuh artinya mimic, paras
wajah, gerakan tangan, gerakan kepala, yang membuat suatu perhatian terhadap
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu
respon dari siswa artinya siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih
mudah dan gampang.
e.
Memberi
tugas
Tugas merupakan suatu pekerjaan yang
menuntut untuk segera diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan
memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan
segala isi pelajaran yang disampaikan.
f.
Memberikan
ulangan
Ulangan adalah strategi yang paling
penting untuk menguji hasil pengajaran dan juga memberikan motivasi belajar
kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan
oleh guru.
g.
Mengetahui
hasil
Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu
yang belum diketahui adalah suatu sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal
ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya.
h.
Hukuman
Dalam proses belajar mengajar,
memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan kesalahan adalah hal yang harus
dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian siswa. Misalnya, memberikan
pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan.
2.3
Konsep
Pengelolaan Kelas dan Penerapannya dalam pembelajaran
a.
Pengertian
Pengelolaan Kelas
1. Menurut
Lois V, Jhonson dan Mary A. Bani (Claroom Management), yang diikhtisarkan oleh
Dr. Made Pidarta, 1970.
a. Pengelolaan
kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban kelas.
b. Pengelolaan
kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan penggunaan
alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.
2. J.M.
Cooper (1977), mengemukakan 5 pengelompokkan definisi pengelolaan kelas, yaitu:
a. Pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan
ketertiban suasana kelas. Definisi ini memandang pengelolaan kelas sebagai
proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat “Otoratif”. Kaitannya
dengan tugas guru adalah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas.
Penggunaan disiplin sangat diutamakan.
b. Pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa.
Definisi ini didasarkan atas pandangan yang bersifat “permisif”. Kaitannya
dengan tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa, maksudnya
guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan yang ingin dilakukannya.
c. Pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa
yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak
diinginkan. Definisi ketiga ini didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan
tingkah laku, dan memandang pengelolaan kelas sebagai proses pengubahan tingkah
laku siswa. Guru disini berfungsi sebagai pembantu siswa dalam mempelajari
tingkah laku yang diharapkan melalui prinsip reinforcement (penguatan).
d. Pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sesioemosional kelas yang positif. Definisi
keempat ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim
sosioemosional yang positif di dalam kelas. Definisi ini beranggapan, bahwa
belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif
yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan
siswa dengan siswa.
e. Pengelolaan
kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi
kelas yang efektif. Definisi kelima ini menganggap kelas merupakan system
social dengan proses kelompok (group proses) sebagai intinya. Pengajaran
berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok, tetapi belajar dianggap
proses individual, maka kehidupan kelas dalam kelompok dipandang mempunyai
pengaruh yang sangat berarti terhadap kegiatan belajar. Tugas guru disini
adalah mendorong berkembangnya dan berprestasinya system kelas yang efektif.
Tiga
di antar alima definisi di atas yaitu : pandangan tentang pengubahan tingkah
laku. Iklim sosioemosional, dan proses kelompok, masing-masing berangkat dari
dasar pandangan yang berbeda tetapi memiliki unsur-unsur yang efektif apabila
diterapkan untuk penglolaan kelas sehingga bermanfaat bagi guru untuk membentuk
satu pandangan yang bersifat “Prulalistik”, yaitu pandangan yang merangkum
ketiga dasar pandangan tersebut di atas.
Dari
pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan pengertian pengelolaan kelas
adalah suatu usaha yang idlakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran
dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar sebagaimana yang diharapkan.
b.
Tujuan
Pengelolaan Kelas
Arikuno menguraikan
rincian tujuan pengelolaan kelas, yaitu:
1. Mewujudkan
situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan
berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3. Menyediakan
dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan
siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional, dan intelektual siswa
dalam belajar.
4. Membina
dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang social, ekonomi, budaya,
serta sifat-sifat individunya (Dirjen PAUD dan Dirjen Dikdasmen, 1996).
c.
Peran
Guru Dalam Setrategi Pengelolaan Kelas
Guru merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar didalam kelas.
Oleh Karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru
yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan
akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada
tingkat yang optimal.
Faktor guru memegang peranan yang sangat
penting dalam pencapaian tujuan pembeljaran. Adam dan Decey (dalam usman, 2003)
mengemukakan peran guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
(a). Guru sebagai demonstrator, (b). Guru sebagai pengelola kelas, (c). Guru
sebagai mediator dan fasilitator dan (d). Guru sebagai valuator.
d.
Pengaturan
Kelas
Tugas utama guru adalah menciptakan
suasana didalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh. Dalam
kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya
pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan intruksional, sangat
bergantung kepada kemampuan mengatur kelas. Untuk menciptakan suasana yang
dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan
lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam
belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas
adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan
organisasi kelas yang efektif, misalnya :
· Pengaturan
penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran.
· Pengaturan
ruangan dan perabotan pelajaran dikelas agar tercipta suasana yang
menggairahkan dalam belajar.
· Pengelompokan
siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.
e.
Penerapan
Suatu System Dalam Mengelola Kelas
Mengelola
kelas itu merupakan pembuatan keputusan - keputusan yang direncanakan bukan
keputusan - keputusan spontan yang diambil dalam keadaan darurat jika seorang
guru, dalam keadaan marah dan prustasi menyuruh terhadap siswa kepada kepala
sekolah dan situasi ditegur, mungkin si guru telah tenang kembali merasa bahwa
hukuman tersebut terlalu berat apabila telah terjadi lagi pelanggaran serupa
oleh siswa lain haruskah guru berbuat seperti itu lagi? Jika demikian, ia
bertindak tidak adil tetapi tidak bertindak demikian, ia tidak konsisten
biasanya antisipasi terhadap timbulnya masalah-masalah dikelas akan menolong
guru dari dilema-lema seperti itu. Dasar dari pendekatan yaitu bahwa perilaku yang baik dikelas sebagian
dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau tidak.
1. Teknik
mendekati
Bila
seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik
mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena itu dapat
menghentikannya dari perbuatan yang disruptif, tanpa perlu menegur andai kata
siswa mulai menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya
kemeja guru dapat berefek preventif.
2. Teknik
memberikan isyarat
Apabila
siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang
diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau
lambaian tangan.
3. Teknik
mengadakan humor
Jika
insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya
secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta
memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan
terjadi.
4. Teknik
tidak mengacuhkan
Untuk
menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap
pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan
kenakalan justru dapat membawa siswa untuk diperhatikan.
5. Teknik
yang keras
Guru
dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia dihadapkan pada perilaku
disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya dalam
kelas.
6. Teknik
mengadakan diskusi secara terbuka
Bila
kenakalan dikelas mulai bertambah, sering guru
menjadi heran. Ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya. Untuk
menjelaskan perbuatan-perbuatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar
yang sedikit lebih sesuai dari pada sebelumnya.
7. Teknik
memberikan penjelasan tentang prosedur
Kadang-kadang
masalah kedisiplinan adan hubungannya yang langsung dengan ketidak mampuan
siswa melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan ini terjadi
apabila guru berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal sebenarnya
tidak. Masalah yang hampir sama yaitu masalah-masalah perilaku yang lazimnya
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dikelas.
8. Mengadakan
analisis
Kadang-kadang
terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan, guru dapat mengetahui masalah
yang akan dihadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.
9. Mengadakan
perubahan kegiatan
Apabila gangguan
dikelas meningkat jumlahnya, tindakan yanga harus segera diambil yaitu mengubah
apa yang sedang anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka ubahlah dengan
memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca
buku-buku pilihan mereka.
10. Teknik
menghimbau
Kadang-kadang
guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ungkapan tersebut adakalanya membawa
hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka
cenderung untuk tidak menggubrisnya.
f.
Tekhnik
Pengelolaan Kelas
Teknik
pengelola kelas adalah teknik dalam
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna
terjadinya proses belajar-mrngajar yang serasi dan efektif. Guru perlu
menguasai teknik ini agar dapat :
a. Mendorong
siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalm berperilaku
sesuain dengan tata tertib serta aktifitas yang sedang berlangsung.
b. Menyadari
kebutuhan siswa serta.
c. Memberikan
respon tentang efektif terhadap perilaku siswa.
Komponen ketrampilan
mengelola kelas terdiri dari :
a. Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal. Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
· Menunjukkan sikap tanggap dengan cara : memandang secara
seksama, mendekati, memberikan pernyataan atau memberi reaksi terhadap gangguan
dalam kelas.
· Membagi
perhatian secara visual dan verbal.
· Memusatkan
perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut tanggung jaeab
siswa.
· Memberi
petunjuk yang jelas.
· Menegur
secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatan atau
ocehan serta membuat aturan.
· Memberikan
penguatan bila perlu.
b. Keterampilan
yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan
ini berkaitan dengan respon guru terhadap respon negatif siswa yang
berkelanjutan. Untuk mengatasi masalah ini guru dapat menggunakan 3 jenis
strategi yaitu : modifikasi tingkah laku, pengelolaan (proses) kelompok, serta
menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
Dalam
strategi ini terdapat hal-hal yang harus dikuasai guru yaitu :
· Mengajarkan
tingkah laku baru yang diinginkan dengan cara memberi contoh dan bimbingan.
· Mengurangi
munculnya tingkah laku yang kurang baik dengan memberi hukuman.
Hal-hal
itu harus dilakukan guru dengan cacatan bahwa :
· Pelaksanaan
dilakukan segera setelah perilaku terjadi serta.
· Hukuman
harus diberikan secara pribadi dan tersendiri, hanya jika diperlukan.
1) Pengelolaan
proses kelompok
Dalam
strategi ini, kelompok dimanfaatkan dalam memecahkan masalah-masalah
pengelolaan kelas yang muncul terutama melalui diskusi. Dua hal yang perlu
dilakukan guru adalah :
· Memperlancar
tugas-tugas dengan cara mengusahakan terjadinya kerjasama dan memantapkan
standar dan prosedur kerja serta.
· Memelihara
kegiatan kelompok, dengan cara memelihara dan memulihkan semangat, menangani
konflik yang timbul, serta memperkecil masalah yang timbul.
2) Cara
mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah
Dalam strategi ini perlu ditekankan
bahwa setiap tingkah laku yang keliru merupakan gejala dari suatu sebab. Untuk
mengatasinya, ada berbagai teknik yang
dapat diterapkan sesuai dengan hakikat tersebut, yaitu sebagai berikut :
· Pengabaian
yang direncanakan.
· Campur
tangan dengan isyarat.
· Mengawasi
dari dekat.
· Mengakui
perasaan negatif siswa.
· Mendorong
kesadaran siswa untuk mengungkapkan perasaannya.
· Menjauhkan
benda-benda yang bersifat mengganggu.
· Menyusun
kembali program belajar.
· Menghilangkan
ketegangan dengan humor.
· Menghilangkan
penyebab gangguan.
· Pengekangan
secara fisik dan
· Pengasingan.
Dalam
menerapkan teknik mengelola kelas, perlu diingat prinsip berikut yaitu :
· Kehangatan
dan keantusiasan dalam mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
· Keluwesan
guru dalam pelaksanaan tugas.
· Penekanan
pada hal-hal yang bersifat positif.
· Penanaman
disiplin diri sendiri.
Selanjutnya,
dalam mengelola kelas guru hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut:
· Campur
tangan yang berlebihan.
· Penghentian
suatu pembicaraan / kegiatan karena ketidak siapan guru.
· Ketidak
pastian memulai dan mengakhiri pelajaran.
· Penyimpangan,
terutama yang berkaitan dengan disiplin diri.
· Bertele-tele.
g.
Tata
Tertib Kelas
a.
Sebelum Pelajaran Dimulai
1. Setelah
lonceng berbunyi tanda pelajaran dimulai, peserta didik berbaris di depan
kelasnya, kemudian guru mempersilahkan mereka masuk kelas secara tertib.
2. Pelajaran
pertama didahului dengan do’a pembukaan menurut agama atau kepercayaan
masing-masing.
3. Peserta
didik yang datang terlambat harus melaporkan diri terlebih dahulu kepada
pemimpin sekolah sebelum mengikuti pelajaran.
4. Guru
hendaklah mengadakan pencatatan terhadap peserta didik yang hadir (presen), tak
hadir (absen), dan yang datang terlambat pada :
a. Papan
Presentasi Kelas;
b. Daftar
Presentasi Kelas;
b.
Selama Pelajaran Berlangsung
1. Sebelum
pelajaran dimulai diadakan do’a.
2. Peserta
didik harus mengikuti pelajaran dengan saksama.
3. Peserta
didik diperkenankan mengemukakan pendapat atau bertanya tentang pelajaran yang diterangkan,
bila tidak mengerti.
4. Peserta
didik tidak diperbolehkan mengerjakan pekerjaan lain, selain pelajaran yang
bersangkutan.
5. Peserta
didik tidak boleh meninggalkan kelas tanpa seizin guru.
6. Bila
ada sesuatu kepentingan, peserta didik diperbolehkan meninggalkan pelajaran
(pulang) dengan seizin guru yang bersangkutan dan sepengetahuan pipmpinan
sekolah.
7. Peserta
didik dilarang makan-makan atau merokok selama pelajaran berlangsung.
8. Peserta
didik wajib ikut serta memelihara kebersihan dan ketertiban kelas.
9. Peserta
didik harus bersikap sopan/hormat terhadap guru.
c.
Selama Waktu Istirahat
1. Pada
waktu istirahat, peserta didik tidak diperbolehkan tinggal didalam kelas.
2. Pada
waktu istirahat peserta didik hendaklah memanfaatkannya untuk beristirahat.
3. Peserta
didik tidak boleh meninggalkan lingkungan sekolah waktu istirahat, tanpa izin
Pimpinan Sekolah.
d.
Sesudah Pelajaran Berakhir
1. Sesudah
pelajaran berakhir, hendaklah segera diadakan pergantian pelajaran berikutnya.
2. Peserta
didik hendaklah memberikan hormat kepada guru yang akan meninggalkan kelas.
3. Sebelum
guru meninggalkan kelas, perlu di tanda-tangan daftar presensi kelas.
4. Sesudah
pelajaran terakhir diadakan do’a penutup dan kemudian baru diperbolehkan
pulang.
5. Sebelum
pulang peserta didik harus meneliti tempatnya, agar tidak ada barang yang
ketinggalan.
e.
Selama Pelajaran Berlangsung
1. Dalam
mengikuti pelajaran peserta didik harus berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
2. Dalam
mengikuti pelajaran peserta didik harus “lengkap” dengan alat-alat pelajaran
yang dibutuhkan.
3. Dalam
mengikuti pelajaran.
a. Peserta
didik laki-laki wajib memperhatikan kerapihan rambut, kumis, dan sebagainya.
b. Peserta
didik perempuan wajib memperhatikan agar dandanannya sederhana.
4. Peserta
didik yang berhalangan mengikuti pelajaran (karena sakit, dan sebagainya)
supaya menyampaikan surat “keterangan berhalangan” kepada pimpinan sekolah
melalui guru/wali kelas yang bersangkutan.
5. Permohonan
izin (karena suatu kepentingan); supaya disampaikan sebelumnya, buka
sesudahnya.
6. Peraturan-peraturan
lainnya, lihat : pada Tata Tertib Sekolah.
h.
Pengelolaan
Kelas dan Penerapannya Dalam Bahasa dan Sastra Indonesia
Pengelolaan kelas merupakan hal yang
berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih
menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut
dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan
upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta
didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian
tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang
produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Pengelolaan kelas akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan,
apabila proses belajar itu sesuai dengan kebutuhan para peserta didik. Namun
bagaimana penerapannya di dalam pembelajaran bahasa dan sestra indonesia?
Berbicara tentang bahasa dan sastra
indonesia, materi yang ada sangat beraneka ragam dan cukup luas. Jika kita
mengambil contoh dari silabus kurikulum 2013
kelas vii pada kegiatan pembelajarannya. Seperti, opservasi, kebahasaan (kata
rujukan, frasa, imbuhan, konjungsi dan, tetapi, sehingga, atau, dan kata baku).
Diskusi cerita sastra,deskripsi, laporan observasi, presentasi, membaca, dan
sebagainya. Jika kita mengambil contoh yang ada misalnya diskusi. Diskusi
merupakan salah satu mata pelajaran yang susah diterapkan secara tepat. Seperti
contoh jika terjadi proses diskusi banyak di antara peserta diskusi yang asik
sendiri, kurang memperhatikan penyaji, dan membuat keributan sehingga
mengganggu para peserta diskusi yang lain. Disini, peran pengelolaan kelas
sangat dibutuhkan sehingga munculah suatu pertanyaan bagaimana caranya
mengelola kelas agar dalam proses diskusi bisa tercipta suasana yang tentram, tertib,
dan yang penting para peserta diskusi bisa memahami bahwa proses diskusi
tersebut sangat penting?
Untuk menyelesaikan permasalahan ini,
pada pengelolaan kelas memiliki beberapa teknik seperti mendorong siswa
melakukan tanggung jawab individu atau klasik, menyadari kebutuhan siswa, serta
memberikan respon yang efektif bagi
siswanya.
a) Mengembangkan tanggung
jawab
Ketika diskusi sedang berjalan, guru
harusnya memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk menjalankan
proses diskusi tersebut karena para peserta didik akan merasa dipercayai
sehingga dengan memberikan kepercayaan kepada para peserta didik nantinya akan
membuat mereka memiliki tanggung jawab
dan akan mengembangkan tanggung jawab tersebut.
b) Menyadari
kebutuhan siswa
Teknik ini berkaitan dengan bagaimana
sikap tanggap guru terhadap para peserta didiknya apakah guru tersebut sudah
memahami karakteristik dari setiap siswanya atau tidak. Dengan memahami
karakteristki para peserta didik tentunya akan membantu guru dalam menentukan
apa saja yang dibutuhkan oleh peserta didik atau siswa tersebut. Karenanya,
mengetahui kebutuhan siswa berarti membantu siswa dalam mencapai tujuan dalam
proses pembelajaran.
c) Memberikan
respon yang efektif terhadap perilaku
siswa
Setiap siswa pasti memiliki
karakteristik yang berbeda baik dari segi prilaku, tingkah, ataupun
perbuatanya. Apabilah perilaku kurang baik dilakukan oleh siswa dimana guru
harus berperan di sana. Jika hal tersebut terjadi tentunya respon guru sangat
di butuhkan namun apakah bentuk respon tersebut positif atau negatif. Alangkah baiknya jika guru memberikan respon
kepada para siswa, baik itu positif atau
negatif yang jelas respon tersebut sifatnya membanggun siswa atau sebagai
motivator yang membuat siswa menjadi lebih baik.
Dari ketiga teknik tersebut bisa
diterapkan pada proses diskusi, yang jelas teknik ini adalah sebagian dari
berbagai teknik yang ada tergantung dari situasi ataupun proses pembelajaran
yang ada.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Penerapan
Teori Motivasi Belajar dan pengelolaan kelas dalam Pembelajaran
Dari kedua jenis teori
tersebut (teori motivasi belajar dan pengelolaan kelasr) dapat dikolaborasikan
dan dapat diterapkan kedalam pembelajaran untuk dapat meningkatkan minat
belajar siswa, dengan cara seperti hal-hal berikut :
a. Adanya
tingkat penguasaan materi oleh siswa didalam kelas, guna untuk menyesuaikan
agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Apabila tidak diadakan
penyesuaian, siswa-siswa tidak akan serius dan selalu menimbulkan kegaduhan.
b. Fasilitas
yang memadai sehingga apa yang dibutuhkan siswa sudah terpenuhi agar memudahkan
siswa belajar dengan baik.
c. Guru
harus dapat membaca situasi atau kondisi siswa.
Misalnya, siswa yang
kelihatan sudah lesu dan tidak bergairah dalam menerima pelajaran, hal ini
dapat mempengaruhi situasi kelas.
d. Guru
harus lebih memperhatikan tekhnik atau cara mengajar yang diterapkan dikelas.
e. Guru
memberikan kegiatan yang menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan membantu mereka
untuk mengekspresikan ide-idenya.
f. Guru
mendorong terjadinya proses dialog baik dengan guru maupun dengan sesame.
g. Guru
mendorong siswa untuk melakukan inquiry dengan mengajukan beberapa pertanyaan
terbuka, menantang, dan mendorong siswa untuk saling mengajukan pertanyaan
diantara teman.
h. Guru
selalu memberikan pekerjaan rumah kepada siswa sebelum mengakhiri pelajaran.
i. Guru
harus mengetahui hasil dari pekerjaan rumah siswa agar siswa tidak menyepelekan
tanggung jawabnya sebagai siswa.
j. Guru
memberikan nilai (secore), pujian dan hadiah bagi siswa yang lebih berprestasi
agar siswa yang lain memiliki motivasi untuk berusaha menjadi yang terbaik.
k. Guru
harus menciptakan suasana yang menyenangkan saat berada di dalam kelas dengan
menggunakan tekhink mengadakan humor, agar siswa tidak merasa jenuh saat
belajar.
l. Guru
memberikan anak pengalaman belajar yang mendorong munculnya kontradiksi
pemikiran dan mendorongnya untuk melakukan diskusi atau kerja sama.
m. Guru
memberikan kesempatan atau waktu pada anak untuk berpikir setelah diberi
pertanyaan.
n. Guru
memelihara keingintahuan yang alami dari anak melalui penggunaan learning cycle
model.
o. Guru
harus menghargai pekerjaan atau pendapat dari murid.
p. Guru
harus memonitor dan mengevaluasi proses berpikir siswa, dan memberikan umpan
balik sehingga proses pembentukan makna berjalan sistematik.
3.2
Tahap-tahap
Pembelajaran
Penerapan teori
motivasi belajar dan pengelolaan kelas dalam pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia pada siswa kelas XI dengan materi pokok Cerita Ulang.
3.2.1
Kegiatan
awal (pendahuluan)
1. Ketika
guru masuk, guru biasanya mengucapkan salam dan kemudian peserta didik menjawab
salam.
2. Salah
seorang peserta didik memimpin do’a sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
3. Setelah
do’a selesai, guru menanyakan kabar siswa kemudian guru mulai mengabsensi siswa
utnuk mengetahui berapa siswa yang tidak hadir.
4. Guru
menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran mengenai tentang cerita ulang.
5. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan apa yang belum bisa
dipahami sebelum guru melanjutkan pembelajaran berikutnya.
4.2.1
Kegiatan
inti (dasar)
1. Guru
membagi siswa menjadi lima kelompok, kemudian cara pemulihannya dibebaskan
sesuai dengan cara peserta didik. Sementara itu, perwakilan dari peserta didik
memimpin teman-temannya untuk melakukan pemilihan (pengundian).
2. Guru
membagikan kepada masing-masing kelompok dua teks cerita ulang dan
masing-masing kelompok mendapatkan judul yang berbeda.
3. Guru
mempersilahkan kepada peserta didik untuk bertanya apa saja yang kurang jelas
dan letak kesulitannya.
4. Guru
menugaskan peserta didik untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan struktur
isi beberapa teks cerita ulang yang dibaca, mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan ciri bahasa beberapa teks cerita ulang, menentukan topik sesuai
dengan struktur isi teks cerita ulang dan ciri bahasanya.
5. Masing-masing
kelompok mendiskusikan hasil indentifikasi dari teks cerita ulang kemudian
menyimpulkan hasil diskusi tersebut. Agar diskusi berjalan kodusif maka guru
mengawasi aktivitas peserta didik serta memberikan sanksi kepada peserta didik
yang menggangu jalannya diskusi.
6. Peserta
didik mendiskusikan hasil diskusi di depan kelas dengan membacakan teks cerita ulang
yang didapatkan kemudian menyimpulkan hasilnya, kemudian memberikan kesempatan
kepada teman-teman lainnya untuk memberikan tanggapan/sanggahan atau peserta
didik lainnya yang ingin bertanya. Masing-masing kelompok diberikan waktu
sebanyak 15 menit. Setelah presentasi selesai guru menanggapi hasil diskusi
dari setiap kelompok.
5.2.1
Kegiatan
akhir (penutup)
1. Siswa
membuat rangkuman hasil diskusi. Berdasarkan analisis terhadap teks cerita
ulang yang telah dibaca.
2. Siswa
melakukan refleksi, misalnya mereviu bagian mana yang perlu dijelaskan lebih
lanjut tentang cerita ulang yang dibaca. Misalnya dari hasil presentasi, ada
sanggahan dari kelompok lain sehingga perlu direfleksikan ulang.
3. Guru
memberikan tugas kepada siswa pada pertemuan selanjutnya dan siswa mencatat
informasi tentang tugas yang akan diberikan tersebut, yaitu mencari persamaan/perbedaan
struktur isi dan ciri bahasa teks cerita ulang.
4. Siswa
mencatat bahwa pada pertemuan kedua akan didiskusikan hasil temuan dari
tiap-tiap kelompok.
5. Salah
seorang peserta didik memimpin doa untuk mengakhiri pembelajaran dengan
menggunakan bahsa Indonesia yang baik dan benar.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Belajar
adalah suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah
laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan
atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan
atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk : 1992 : 3).
2. Teori
motivasi belajar adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu
pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar.
3. Pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan
pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat
terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan.
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi minat belajar siswa, yaitu :
a. Faktor
individual
b. Faktor
social
· Faktor-faktor
intern
- Faktor
jasmaniah
- Faktor
psikologis
- Faktor
kelelahan
· Faktor-faktor
ekstern
- Faktor
keluarga
- Faktor
sekolah
- Faktor
masyarakat
5. Cara
untuk membangkitkan minat belajar siswa, yaitu :
a. Memberi
angka atau secore
b. Memberikan
hadiah kepada siswa yang lebih unggul
c. Memberikan
pujian
d. Fasilitas
yang memadai
e. Gerakan
tubuh
f. Memberi
pekerjaan rumah
g. Memeriksa
hasil belajar siswa
h. Memberikan
hukuman kepada siswa yang melalaikan tanggung jawab
6. Cara
mengatur kelas seperti, pengaturan pengguanaan waktu yang tersedia utnuk setiap
pelajaran, pengaturan ruangan, dan perabotan pelajaran di kelas agar tercipta
suasana menggairahkan dalam belajar, pengelompokan siswa dalam belajar
disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.
7. Penerapan
suatu sistem dalam mengelola kelas:
a. Teknik
mendekati
b. Teknik
memberikan isyarat
c. Teknik
mengadakan humor
d. Teknik
tidak mengacuhkan
e. Teknik
yang keras
f. Teknik
mengadakan diskusi secara terbuka
g. Teknik
memberikan penjelasan tentang prosedur
h. Mengadakan
analisis
i.
Mengadakan perubahan kegiatan
j.
Teknik menghimbau
4.2
Saran
Dalam makalah ini kami berharap
agar para pembaca lebih khususnya saya selaku penyusun makalah init bisa lebih
mengenal, mengetahui, sehingga bisa mempraktekkan dan menerapkan teori motivasi
belajar dan teoroi belajar sosio-kultular kedalam pembelajaran bahasa
Indonesia, supaya nantinya pembelajaran yang dilakukan dapat menarik perhatian
para peserta didik dalam melakukan diskusi sehingga tertarik atau menerima, dan
paham dengan apa yang disampaikan.
DAFTAR
PUSTAKA
A.M. Sardiman, 2005, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Purwanto Ngalim, 2002, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution S., 2004, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto Ngalim, 2002, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution S., 2004, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2012. “Media Komunikasi Pembelajaran”.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Mutohar, Prim Masrokan.
2013. “Manajemen Mutu Sekolah”.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
AsriL, Zainal. 2013. “Micro Teaching”. Jakarta: Rajawali Pers
Rohani, Ahmad. 2004. “Pengelolaan Pengajaran”. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar