Selasa, 13 Januari 2015

belajar dan pembelajaran



 

MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 2
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN TEORI MOTIVASI BELAJAR dan KONSEP PENGELOLAAN KELAS

fkip.jpg

Oleh :
CITRA AULIA WULANDARI
E1C113024
A/III


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014-2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, orang tua, dan teman-teman yang telah banyak membantu dan mendukung dalam menyelesaikan makalah ini baik materi maupun moril.
Penyusun berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa S-1 pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai calon guru dan pembaca pada umumnya. Para pembaca dapat mengetahui informasi mengenai cara meningatkan minat belajar siswa dengan menggunakan teori motivasi belajar, dan konsep-konsep pengelolaan kelas. Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tema yang ada di dalam makalah ini. Dalam menyusun makalah ini mungkin terdapat kesalahan, baik dalam penulisan maupun isi makalah. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.


Mataram, 03 Januari 2015

Penyusun,


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
..................................................................................................................
i
Daftar Isi
..............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHUUAN
.......................................................................................................

1.1    Latar Belakang
.........................................................................................................
1
1.2    Rumusan Masalah
....................................................................................................
1
     1.3  Tujuan Penulisan
......................................................................................................
1
     1.4  Manfaat
....................................................................................................................
2
BAB II LANDASAN TEORI
.............................................................................................

     2.1  Pengertian Minat Belajar
..........................................................................................
3
     2.2  Konsep Teori Motivasi Belajar Dalam Pembelajaran
.............................................
3
     2.3  Konsep Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran
....................................................
10
BAB III PEMBAHASAN
.................................................................................................

     3.1  Penerapan Teori Motivasi Belajar dan
            Konsep Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran
....................................................
22
     3.2  Tahap-tahap Pembelajaran
........................................................................................
23
BAB IV PENUPTUP
.........................................................................................................

     4.1  Kesimpulan
..............................................................................................................
25
     4.2  Saran
.........................................................................................................................
26



DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................................
27


















BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Seorang siswa tidak mungkin dapat menguasai semua mata pelajaran. Mungkin ada siswa yang unggul disatu pelajaran saja. Kemudian orang tua justru memberikan anak les di pelajaran yang lemah tadi. Pelajaran yang kurang didorong terus dan dipaksakan sehingga anak menjadi tertekan. Akhirnya, siswa menjadi stres, keunggulannya hilang dan minat belajarnya menurun.
Siswa yang malas belajar akan santai saja dalam menghadapi Ulangan Harian (UH), Ulangan Tengah / Akhir Semester, Try Out atau mungkin dalam menghadapi Ujian Nasional (UNAS). Pada saat itu, siswa yang tidak belajar akan mengambil jalan pintas dengan menyontek. Dan hasilnya akan buruk sekali, banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah SKM pada saat UH, UTS, UAS, nilai Try Out yang jelek dan tidak lulus pada saat UNAS. Hal seperti inilah yang mengakibatkan penurunan prestasi siswa yang juga merugikan orang tua, sekolah, dan kedepannya nanti Indonesia akan selalu kalah dalam bersaing di bidang ilmu dan teknologi. Menurunnya minat belajar siswa tersebut tentunya bisa diatasi, agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
1.2    Rumusan Masalah
1.2.1   Apakah pengertian dari minat belajar?
1.2.2   Bagaimana konsep teori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam pembelajaran?
1.2.3   Bagaimana penerapan teori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam meningkatkan minat belajar siswa?
1.3    Tujuan Penulisan
1.3.1   Mengetahui pengertian dari minat belajar menurut para ahli
1.3.2   Untuk mengetahui konsep dari tori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam pembelajaran
1.3.3   Untuk mengetahui penerapan teori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam meningkatkan minat belajar siswa
1.4    Manfaat
1.4.1   Dapat memahami pengertian minat belajar siswa menurut para ahli
1.4.2   Dapat memahami konsep dari teori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam pembelajaran
1.4.3   Dapat memahami penerapan teori motivasi belajar dan konsep pengelolaan kelas dalam meningkatkan minat belajar siswa


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1    Pengertian Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat (Kartono, 1995). Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi (Buchori, 1985). Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup menjadi obyek dari biologi. Oleh karena itu biologi berobyekkan benda-benda yang hidup. Maka cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung di dalamnya. Biologi sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan juga merupakan objek pada aspek minat. Dengan demikian, bidang biologi dapat melahirkan reaksi perasaan senag, gembira, dan semangat belajar, begitu pula sebaliknya, tergantung dari kepribadian siswa sendiri apakah menaruh minat yang tinggi terhadap bidang biologi atau tidak (Ahmadi, 1998). Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu (Lockmono, 1994).

2.2    Konsep Teori Motivasi Belajar dalam Pembelajaran
Pengertian Motivasi belajar, motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman, 2001 : 71). Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “keadaan dalah diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003 : 110) – Pengertian Motivasi Belajar Siswa Menurut Para Ahli Definisi Motivasi Belajar Siswa – Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005 : 55).   
Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organism yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/memnentukan tingkah laku organism itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61). Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.
Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk : 1992 : 3).
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya,daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana,2002 : 280).
Djamarah mengemukakan vahwa belajar adalah “suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari” (Djamarah, 1991 : 19-21). Sedangkan menurut Slameto belajar adalah “merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapat dari bahan yang dipelajari dan adanya perubahan dalam diri seseorang baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah lakunya.
Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
1.         Jenis-jenis Motivasi Belajar
Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
Sardiman mengatakan bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu :
a.       Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
·         Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir
·         Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbulkan karena dipelajari
b.      Motivasi menurut pembagian dari woodworth dan marquisdalam Sardiman
·         Motif atau kebutuhan organis misalnya, kebutuhan minuman, makanan, bernafas, seksual, dan lain-lain.
·         Motif-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dan sebagainya
·         Motif-motif objektif
c.       Motivasi jasmani dan rohani
·         Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, napas dan sebagainya
·         Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat
d.      Motivasi intrinsic dan ekstrinsik
·         Motivasi intrinsic adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu
·         Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar (Sardiman, 1996:90).
Pendapat lain mengemukakan bahwa dua jenis motivasi yaitu sebagai berikut :
“Motoivasi primer, adalah motivasi yang didasarkan atas motif-motif dasar. Motivasi sekunder adalah yang dipelajari” (Dimyanti dan Mudjiono, 1999:88).
Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran tentang motif-motif yang ada pada setiap individu. Adapun motivasi yang berkaitan dengan mata pelajaran bahasa arab adalah motivasi ekstrinsik, dimana motivasi ini membutuhkan ransangan atau dorongan dari luar misalnya, media, baik media visual, audio, maupun audio visual serta buku-buku yang dapat menimbulkan dan memberikan inspirasi dan ransangan dalam belajar.
Adapun bentuk motivasi yang sering dilakukan disekolah memberi angka, hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan hukuman (Djamarah dain Zain, 2002 : 168).
2.         Fungsi Motivasi dalam Pembelajaran
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan baik diakibatkan factor dari dalam maupun luar siswa untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi/memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran.
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat digolongkan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negative terhadap ke efektifan usaha belajar siswa.
Fungsi motivasi dalam pembelajaran, yaitu :
a.         Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
b.        Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c.         Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai dalam pembelajaran sebagai berikut :
a.       Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa .
b.      Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa.
c.       Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa.
d.      Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
e.       Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran.

3.         Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
dalam aktifitas belajar, seseorang individu membutuhkan suatu doronagn atau motivasi sehingga seseuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini ada beberapa factor yang mempengaruhi belajar antara lain :
a.         Faktor individual
Seperti, kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi dan factor pribadi
b.        Faktor sosial
Seperti, keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat dalam belajar, dan motivasi sosial (Purwanto, 2002 : 102).
Dalam pendapat lain, factor lain yang dapat mempengaruhi belajar yaitu :
1.    Faktor-faktor intern
a.    Faktor jasmaniah
·      Faktor kesehatan
·      Faktor cacat tubuh
b.    Faktor fhisikologis
·      Intelegensi
·      Minat dan motivasi
·      Perhatian dan bakat
·      Kematangan dan kesiapan
c.    Faktor kelelahan
·      Kelelahan jasmani
·      Kelelahan rohani
2.    Faktor-faktor ekstern  
a.    Faktor keluarga
·      Cara orang tua mendidik
·      Relasi antara anggota keluarga
·      Suasana rumah
·      Keadaan gedung dan metode belajar
b.    Faktor sekolah
·      Metode mengajar dan kurikulum
·      Relasi guru dan siswa
·      Disiplin sekolah
·      Alat pengajaran dan waktu sekolah
·      Keadaan gedung dan metode belajar
·      Standar pelajaran di atas ukuran dan tugas rumah
c.    Faktor masyarakat
·      Kegiatan siswa dalam masyarakat
·      Mass media dan teman bergaul
·      Bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 1997 : 71)
Dengan demikian seorang guru harus benar-benar memahami dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada siswa, sehingga didalam memberikan dan melaksanakan proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor tersebut, baik dari psikologis, lingkungan dengan kata lain faktor intern dan ekstern.
Terkait dengan hal yang tersebut di atas, maka Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain :
1.      Cita-cita / aspirasi siswa
2.      Kemampuan siswa
3.      Kondisi siswa dan lingkungan
4.      Unsur-unsur dinamis dalam belajar
5.      Upaya guru dalam membeljarkan siswa (Dimyati dan mudjiono, 1999 : 100)

4.         Bentuk Motivasi Yang Dilakukan Untuk Membangkitkan Minat Belajar Siswa
Adapun bentuk motivasi yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk membangkitkan minat belajar siswa menurut (Djamarah dan Zain, 2002 : 168), yaitu:
a.    Memberi angka
Memberikan angka (nilai) artinya adalah sebagai satu symbol dari hasil aktifitas anak didik. Dalam memberi angka (nilai) ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang bervariasi. Pemberian angka kepada anak didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.
b.    Hadiah
Hadiah disisni maksudnya suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa karena akan dianggap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.
c.    Pujian
Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa untuk belajar akan tinggi.
d.   Gerakan tubuh
Gerakan tubuh artinya mimic, paras wajah, gerakan tangan, gerakan kepala, yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang.
e.    Memberi tugas
Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang disampaikan.
f.     Memberikan ulangan
Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru.
g.    Mengetahui hasil
Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui hasil pekerjaan yang dilakukannya.
h.    Hukuman
Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan meningkatkan perhatian siswa. Misalnya, memberikan pertanyaan kepada siswa yang bersangkutan.

2.3    Konsep Pengelolaan Kelas dan Penerapannya dalam pembelajaran
a.    Pengertian Pengelolaan Kelas
1.    Menurut Lois V, Jhonson dan Mary A. Bani (Claroom Management), yang diikhtisarkan oleh Dr. Made Pidarta, 1970.
a.    Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban kelas.
b.    Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.
2.    J.M. Cooper (1977), mengemukakan 5 pengelompokkan definisi pengelolaan kelas, yaitu:
a.    Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Definisi ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat “Otoratif”. Kaitannya dengan tugas guru adalah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin sangat diutamakan.
b.    Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Definisi ini didasarkan atas pandangan yang bersifat “permisif”. Kaitannya dengan tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa, maksudnya guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan yang ingin dilakukannya.
c.    Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Definisi ketiga ini didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku, dan memandang pengelolaan kelas sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Guru disini berfungsi sebagai pembantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang diharapkan melalui prinsip reinforcement (penguatan).
d.   Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sesioemosional kelas yang positif. Definisi keempat ini memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosioemosional yang positif di dalam kelas. Definisi ini beranggapan, bahwa belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
e.    Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Definisi kelima ini menganggap kelas merupakan system social dengan proses kelompok (group proses) sebagai intinya. Pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok, tetapi belajar dianggap proses individual, maka kehidupan kelas dalam kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang sangat berarti terhadap kegiatan belajar. Tugas guru disini adalah mendorong berkembangnya dan berprestasinya system kelas yang efektif.
Tiga di antar alima definisi di atas yaitu : pandangan tentang pengubahan tingkah laku. Iklim sosioemosional, dan proses kelompok, masing-masing berangkat dari dasar pandangan yang berbeda tetapi memiliki unsur-unsur yang efektif apabila diterapkan untuk penglolaan kelas sehingga bermanfaat bagi guru untuk membentuk satu pandangan yang bersifat “Prulalistik”, yaitu pandangan yang merangkum ketiga dasar pandangan tersebut di atas.
Dari pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan pengertian pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang idlakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan.

b.   Tujuan Pengelolaan Kelas
Arikuno menguraikan rincian tujuan pengelolaan kelas, yaitu:
1.    Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.    Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran.
3.    Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional, dan intelektual siswa dalam belajar.
4.    Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang social, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya (Dirjen PAUD dan Dirjen Dikdasmen, 1996).

c.    Peran Guru Dalam Setrategi Pengelolaan Kelas
Guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar didalam kelas. Oleh Karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Faktor guru memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pembeljaran. Adam dan Decey (dalam usman, 2003) mengemukakan peran guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut : (a). Guru sebagai demonstrator, (b). Guru sebagai pengelola kelas, (c). Guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d). Guru sebagai valuator.
d.   Pengaturan Kelas
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan mengatur kelas. Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, misalnya :
·      Pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran.
·      Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran dikelas agar tercipta suasana yang menggairahkan dalam belajar.
·      Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.

e.    Penerapan Suatu System Dalam Mengelola Kelas
Mengelola kelas itu merupakan pembuatan keputusan - keputusan yang direncanakan bukan keputusan - keputusan spontan yang diambil dalam keadaan darurat jika seorang guru, dalam keadaan marah dan prustasi menyuruh terhadap siswa kepada kepala sekolah dan situasi ditegur, mungkin si guru telah tenang kembali merasa bahwa hukuman tersebut terlalu berat apabila telah terjadi lagi pelanggaran serupa oleh siswa lain haruskah guru berbuat seperti itu lagi? Jika demikian, ia bertindak tidak adil tetapi tidak bertindak demikian, ia tidak konsisten biasanya antisipasi terhadap timbulnya masalah-masalah dikelas akan menolong guru dari dilema-lema seperti itu. Dasar dari pendekatan yaitu  bahwa perilaku yang baik dikelas sebagian dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau tidak.
1.    Teknik mendekati
Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena itu dapat menghentikannya dari perbuatan yang disruptif, tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya kemeja guru dapat berefek preventif.
2.    Teknik memberikan isyarat
Apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.
3.    Teknik mengadakan humor
Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
4.    Teknik tidak mengacuhkan
Untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat membawa siswa untuk diperhatikan.
5.    Teknik yang keras
Guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia dihadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya dalam kelas.
6.    Teknik mengadakan diskusi secara terbuka
Bila kenakalan dikelas mulai bertambah, sering guru  menjadi heran. Ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya. Untuk menjelaskan perbuatan-perbuatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar yang sedikit lebih sesuai dari pada sebelumnya.
7.    Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur
Kadang-kadang masalah kedisiplinan adan hubungannya yang langsung dengan ketidak mampuan siswa melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Kesulitan ini terjadi apabila guru berasumsi bahwa siswa memiliki keterampilan, padahal sebenarnya tidak. Masalah yang hampir sama yaitu masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dikelas.
8.    Mengadakan analisis
Kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan, guru dapat mengetahui masalah yang akan dihadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.
9.    Mengadakan perubahan kegiatan
Apabila gangguan dikelas meningkat jumlahnya, tindakan yanga harus segera diambil yaitu mengubah apa yang sedang anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka ubahlah dengan memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka membaca buku-buku pilihan mereka.
10.     Teknik menghimbau
Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ungkapan tersebut adakalanya membawa hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka cenderung untuk tidak menggubrisnya.

f.     Tekhnik Pengelolaan Kelas
Teknik pengelola kelas adalah teknik dalam  menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar-mrngajar yang serasi dan efektif. Guru perlu menguasai teknik ini agar dapat :
a.    Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalm berperilaku sesuain dengan tata tertib serta aktifitas yang sedang berlangsung.
b.    Menyadari kebutuhan siswa serta.
c.    Memberikan respon tentang efektif terhadap perilaku siswa.
Komponen ketrampilan mengelola kelas terdiri dari :
a.    Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. Penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :       
·      Menunjukkan  sikap tanggap dengan cara : memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan atau memberi reaksi terhadap gangguan dalam kelas.
·      Membagi perhatian secara visual dan verbal.
·      Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut tanggung jaeab siswa.
·      Memberi petunjuk yang jelas.
·      Menegur secara bijaksana, yaitu secara jelas dan tegas, bukan berupa peringatan atau ocehan serta membuat aturan.
·      Memberikan penguatan bila perlu.
b.    Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap respon negatif siswa yang berkelanjutan. Untuk mengatasi masalah ini guru dapat menggunakan 3 jenis strategi yaitu : modifikasi tingkah laku, pengelolaan (proses) kelompok, serta menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
Dalam strategi ini terdapat hal-hal yang harus dikuasai guru yaitu :
·      Mengajarkan tingkah laku baru yang diinginkan dengan cara memberi contoh dan bimbingan.
·      Mengurangi munculnya tingkah laku yang kurang baik dengan memberi hukuman.
Hal-hal itu harus dilakukan guru dengan cacatan bahwa :
·      Pelaksanaan dilakukan segera setelah perilaku terjadi serta.
·      Hukuman harus diberikan secara pribadi dan tersendiri, hanya jika diperlukan.
1)   Pengelolaan proses kelompok
Dalam strategi ini, kelompok dimanfaatkan dalam memecahkan masalah-masalah pengelolaan kelas yang muncul terutama melalui diskusi. Dua hal yang perlu dilakukan guru adalah :
·      Memperlancar tugas-tugas dengan cara mengusahakan terjadinya kerjasama dan memantapkan standar dan prosedur kerja serta.
·      Memelihara kegiatan kelompok, dengan cara memelihara dan memulihkan semangat, menangani konflik yang timbul, serta memperkecil masalah yang timbul.
2)   Cara mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah
Dalam strategi ini perlu ditekankan bahwa setiap tingkah laku yang keliru merupakan gejala dari suatu sebab. Untuk mengatasinya, ada berbagai  teknik yang dapat diterapkan sesuai dengan hakikat tersebut, yaitu sebagai berikut :
·      Pengabaian yang direncanakan.
·      Campur tangan dengan isyarat.
·      Mengawasi dari dekat.
·      Mengakui perasaan negatif siswa.
·      Mendorong kesadaran siswa untuk mengungkapkan perasaannya.
·      Menjauhkan benda-benda yang bersifat mengganggu.
·      Menyusun kembali program belajar.
·      Menghilangkan ketegangan dengan humor.
·      Menghilangkan penyebab gangguan.
·      Pengekangan secara fisik dan
·      Pengasingan.
Dalam menerapkan teknik mengelola kelas, perlu diingat prinsip berikut yaitu :
·      Kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar, yang dapat menciptakan iklim kelas yang menyenangkan.
·      Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas.
·      Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif.
·      Penanaman disiplin diri sendiri.
Selanjutnya, dalam mengelola kelas guru hendaknya menghindari hal-hal sebagai berikut:
·      Campur tangan yang berlebihan.
·      Penghentian suatu pembicaraan / kegiatan karena ketidak siapan guru.
·      Ketidak pastian memulai dan mengakhiri pelajaran.
·      Penyimpangan, terutama yang berkaitan dengan disiplin diri.
·      Bertele-tele.

g.    Tata Tertib Kelas
a.         Sebelum Pelajaran Dimulai
1.    Setelah lonceng berbunyi tanda pelajaran dimulai, peserta didik berbaris di depan kelasnya, kemudian guru mempersilahkan mereka masuk kelas secara tertib.
2.    Pelajaran pertama didahului dengan do’a pembukaan menurut agama atau kepercayaan masing-masing.
3.    Peserta didik yang datang terlambat harus melaporkan diri terlebih dahulu kepada pemimpin sekolah sebelum mengikuti pelajaran.
4.    Guru hendaklah mengadakan pencatatan terhadap peserta didik yang hadir (presen), tak hadir (absen), dan yang datang terlambat pada :
a.    Papan Presentasi Kelas;
b.   Daftar Presentasi Kelas;
b.         Selama Pelajaran Berlangsung
1.    Sebelum pelajaran dimulai diadakan do’a.
2.    Peserta didik harus mengikuti pelajaran dengan saksama.
3.    Peserta didik diperkenankan mengemukakan pendapat atau bertanya tentang pelajaran yang diterangkan, bila tidak mengerti.
4.    Peserta didik tidak diperbolehkan mengerjakan pekerjaan lain, selain pelajaran yang bersangkutan.
5.    Peserta didik tidak boleh meninggalkan kelas tanpa seizin guru.
6.    Bila ada sesuatu kepentingan, peserta didik diperbolehkan meninggalkan pelajaran (pulang) dengan seizin guru yang bersangkutan dan sepengetahuan pipmpinan sekolah.
7.    Peserta didik dilarang makan-makan atau merokok selama pelajaran berlangsung.
8.    Peserta didik wajib ikut serta memelihara kebersihan dan ketertiban kelas.
9.    Peserta didik harus bersikap sopan/hormat terhadap guru.
c.         Selama Waktu Istirahat
1.    Pada waktu istirahat, peserta didik tidak diperbolehkan tinggal didalam kelas.
2.    Pada waktu istirahat peserta didik hendaklah memanfaatkannya untuk beristirahat.
3.    Peserta didik tidak boleh meninggalkan lingkungan sekolah waktu istirahat, tanpa izin Pimpinan Sekolah.
d.        Sesudah Pelajaran Berakhir
1.    Sesudah pelajaran berakhir, hendaklah segera diadakan pergantian pelajaran berikutnya.
2.    Peserta didik hendaklah memberikan hormat kepada guru yang akan meninggalkan kelas.
3.    Sebelum guru meninggalkan kelas, perlu di tanda-tangan daftar presensi kelas.
4.    Sesudah pelajaran terakhir diadakan do’a penutup dan kemudian baru diperbolehkan pulang.
5.    Sebelum pulang peserta didik harus meneliti tempatnya, agar tidak ada barang yang ketinggalan.
e.         Selama Pelajaran Berlangsung
1.    Dalam mengikuti pelajaran peserta didik harus berpakaian sopan, bersih, dan rapi.
2.    Dalam mengikuti pelajaran peserta didik harus “lengkap” dengan alat-alat pelajaran yang dibutuhkan.
3.    Dalam mengikuti pelajaran.
a.    Peserta didik laki-laki wajib memperhatikan kerapihan rambut, kumis, dan sebagainya.
b.   Peserta didik perempuan wajib memperhatikan agar dandanannya sederhana.
4.    Peserta didik yang berhalangan mengikuti pelajaran (karena sakit, dan sebagainya) supaya menyampaikan surat “keterangan berhalangan” kepada pimpinan sekolah melalui guru/wali kelas yang bersangkutan.
5.    Permohonan izin (karena suatu kepentingan); supaya disampaikan sebelumnya, buka sesudahnya.
6.    Peraturan-peraturan lainnya, lihat : pada Tata Tertib Sekolah.

h.   Pengelolaan Kelas dan Penerapannya Dalam Bahasa dan Sastra Indonesia
Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas. Pengelolaan kelas akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan, apabila proses belajar itu sesuai dengan kebutuhan para peserta didik. Namun bagaimana penerapannya di dalam pembelajaran bahasa dan sestra indonesia?
Berbicara tentang bahasa dan sastra indonesia, materi yang ada sangat beraneka ragam dan cukup luas. Jika kita mengambil contoh dari silabus kurikulum  2013 kelas vii pada kegiatan pembelajarannya. Seperti, opservasi, kebahasaan (kata rujukan, frasa, imbuhan, konjungsi dan, tetapi, sehingga, atau, dan kata baku). Diskusi cerita sastra,deskripsi, laporan observasi, presentasi, membaca, dan sebagainya. Jika kita mengambil contoh yang ada misalnya diskusi. Diskusi merupakan salah satu mata pelajaran yang susah diterapkan secara tepat. Seperti contoh jika terjadi proses diskusi banyak di antara peserta diskusi yang asik sendiri, kurang memperhatikan penyaji, dan membuat keributan sehingga mengganggu para peserta diskusi yang lain. Disini, peran pengelolaan kelas sangat dibutuhkan sehingga munculah suatu pertanyaan bagaimana caranya mengelola kelas agar dalam proses diskusi bisa tercipta suasana yang tentram, tertib, dan yang penting para peserta diskusi bisa memahami bahwa proses diskusi tersebut sangat penting?
Untuk menyelesaikan permasalahan ini, pada pengelolaan kelas memiliki beberapa teknik seperti mendorong siswa melakukan tanggung jawab individu atau klasik, menyadari kebutuhan siswa, serta memberikan respon yang efektif  bagi siswanya.
a)    Mengembangkan  tanggung  jawab
Ketika diskusi sedang berjalan, guru harusnya memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk menjalankan proses diskusi tersebut karena para peserta didik akan merasa dipercayai sehingga dengan memberikan kepercayaan kepada para peserta didik nantinya akan membuat  mereka memiliki tanggung jawab dan akan mengembangkan tanggung jawab tersebut.
b)   Menyadari kebutuhan siswa
Teknik ini berkaitan dengan bagaimana sikap tanggap guru terhadap para peserta didiknya apakah guru tersebut sudah memahami karakteristik dari setiap siswanya atau tidak. Dengan memahami karakteristki para peserta didik tentunya akan membantu guru dalam menentukan apa saja yang dibutuhkan oleh peserta didik atau siswa tersebut. Karenanya, mengetahui kebutuhan siswa berarti membantu siswa dalam mencapai tujuan dalam proses pembelajaran.
c)    Memberikan respon yang  efektif terhadap perilaku siswa
Setiap siswa pasti memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi prilaku, tingkah, ataupun perbuatanya. Apabilah perilaku kurang baik dilakukan oleh siswa dimana guru harus berperan di sana. Jika hal tersebut terjadi tentunya respon guru sangat di butuhkan namun apakah bentuk respon tersebut positif atau negatif.  Alangkah baiknya jika guru memberikan respon kepada para siswa,  baik itu positif atau negatif yang jelas respon tersebut sifatnya membanggun siswa atau sebagai motivator yang membuat siswa menjadi lebih baik.
Dari ketiga teknik tersebut bisa diterapkan pada proses diskusi, yang jelas teknik ini adalah sebagian dari berbagai teknik yang ada tergantung dari situasi ataupun proses pembelajaran yang ada. 


BAB III
PEMBAHASAN
3.1    Penerapan Teori Motivasi Belajar dan pengelolaan kelas dalam Pembelajaran
Dari kedua jenis teori tersebut (teori motivasi belajar dan pengelolaan kelasr) dapat dikolaborasikan dan dapat diterapkan kedalam pembelajaran untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa, dengan cara seperti hal-hal berikut :
a.    Adanya tingkat penguasaan materi oleh siswa didalam kelas, guna untuk menyesuaikan agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Apabila tidak diadakan penyesuaian, siswa-siswa tidak akan serius dan selalu menimbulkan kegaduhan.
b.    Fasilitas yang memadai sehingga apa yang dibutuhkan siswa sudah terpenuhi agar memudahkan siswa belajar dengan baik.
c.    Guru harus dapat membaca situasi atau kondisi siswa.
Misalnya, siswa yang kelihatan sudah lesu dan tidak bergairah dalam menerima pelajaran, hal ini dapat mempengaruhi situasi kelas.
d.      Guru harus lebih memperhatikan tekhnik atau cara mengajar yang diterapkan dikelas.
e.    Guru memberikan kegiatan yang menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan ide-idenya.
f.     Guru mendorong terjadinya proses dialog baik dengan guru maupun dengan sesame.
g.    Guru mendorong siswa untuk melakukan inquiry dengan mengajukan beberapa pertanyaan terbuka, menantang, dan mendorong siswa untuk saling mengajukan pertanyaan diantara teman.
h.    Guru selalu memberikan pekerjaan rumah kepada siswa sebelum mengakhiri pelajaran.
i.      Guru harus mengetahui hasil dari pekerjaan rumah siswa agar siswa tidak menyepelekan tanggung jawabnya sebagai siswa.
j.      Guru memberikan nilai (secore), pujian dan hadiah bagi siswa yang lebih berprestasi agar siswa yang lain memiliki motivasi untuk berusaha menjadi yang terbaik.
k.    Guru harus menciptakan suasana yang menyenangkan saat berada di dalam kelas dengan menggunakan tekhink mengadakan humor, agar siswa tidak merasa jenuh saat belajar.
l.      Guru memberikan anak pengalaman belajar yang mendorong munculnya kontradiksi pemikiran dan mendorongnya untuk melakukan diskusi atau kerja sama.
m.  Guru memberikan kesempatan atau waktu pada anak untuk berpikir setelah diberi pertanyaan.
n.    Guru memelihara keingintahuan yang alami dari anak melalui penggunaan learning cycle model.
o.    Guru harus menghargai pekerjaan atau pendapat dari murid.
p.    Guru harus memonitor dan mengevaluasi proses berpikir siswa, dan memberikan umpan balik sehingga proses pembentukan makna berjalan sistematik.

3.2    Tahap-tahap Pembelajaran
Penerapan teori motivasi belajar dan pengelolaan kelas dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada siswa kelas XI dengan materi pokok Cerita Ulang.
3.2.1   Kegiatan awal (pendahuluan)
1.      Ketika guru masuk, guru biasanya mengucapkan salam dan kemudian peserta didik menjawab salam.
2.      Salah seorang peserta didik memimpin do’a sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.
3.      Setelah do’a selesai, guru menanyakan kabar siswa kemudian guru mulai mengabsensi siswa utnuk mengetahui berapa siswa yang tidak hadir.
4.      Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran mengenai tentang cerita ulang.
5.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan apa yang belum bisa dipahami sebelum guru melanjutkan pembelajaran berikutnya.
4.2.1   Kegiatan inti (dasar)
1.      Guru membagi siswa menjadi lima kelompok, kemudian cara pemulihannya dibebaskan sesuai dengan cara peserta didik. Sementara itu, perwakilan dari peserta didik memimpin teman-temannya untuk melakukan pemilihan (pengundian).
2.      Guru membagikan kepada masing-masing kelompok dua teks cerita ulang dan masing-masing kelompok mendapatkan judul yang berbeda.
3.      Guru mempersilahkan kepada peserta didik untuk bertanya apa saja yang kurang jelas dan letak kesulitannya.
4.      Guru menugaskan peserta didik untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan struktur isi beberapa teks cerita ulang yang dibaca, mengidentifikasi persamaan dan perbedaan ciri bahasa beberapa teks cerita ulang, menentukan topik sesuai dengan struktur isi teks cerita ulang dan ciri bahasanya.
5.      Masing-masing kelompok mendiskusikan hasil indentifikasi dari teks cerita ulang kemudian menyimpulkan hasil diskusi tersebut. Agar diskusi berjalan kodusif maka guru mengawasi aktivitas peserta didik serta memberikan sanksi kepada peserta didik yang menggangu jalannya diskusi.
6.      Peserta didik mendiskusikan hasil diskusi di depan kelas dengan membacakan teks cerita ulang yang didapatkan kemudian menyimpulkan hasilnya, kemudian memberikan kesempatan kepada teman-teman lainnya untuk memberikan tanggapan/sanggahan atau peserta didik lainnya yang ingin bertanya. Masing-masing kelompok diberikan waktu sebanyak 15 menit. Setelah presentasi selesai guru menanggapi hasil diskusi dari setiap kelompok.
5.2.1   Kegiatan akhir (penutup)
1.      Siswa membuat rangkuman hasil diskusi. Berdasarkan analisis terhadap teks cerita ulang yang telah dibaca.
2.      Siswa melakukan refleksi, misalnya mereviu bagian mana yang perlu dijelaskan lebih lanjut tentang cerita ulang yang dibaca. Misalnya dari hasil presentasi, ada sanggahan dari kelompok lain sehingga perlu direfleksikan ulang.
3.      Guru memberikan tugas kepada siswa pada pertemuan selanjutnya dan siswa mencatat informasi tentang tugas yang akan diberikan tersebut, yaitu mencari persamaan/perbedaan struktur isi dan ciri bahasa teks cerita ulang.
4.      Siswa mencatat bahwa pada pertemuan kedua akan didiskusikan hasil temuan dari tiap-tiap kelompok.
5.      Salah seorang peserta didik memimpin doa untuk mengakhiri pembelajaran dengan menggunakan bahsa Indonesia yang baik dan benar.


BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1.    Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk : 1992 : 3).
2.    Teori motivasi belajar adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar.
3.    Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan.
4.    Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, yaitu :
a.    Faktor individual
b.    Faktor social
·      Faktor-faktor intern
-       Faktor jasmaniah
-       Faktor psikologis
-       Faktor kelelahan
·      Faktor-faktor ekstern
-       Faktor keluarga
-       Faktor sekolah
-       Faktor masyarakat
5.    Cara untuk membangkitkan minat belajar siswa, yaitu :
a.    Memberi angka atau secore
b.    Memberikan hadiah kepada siswa yang lebih unggul
c.    Memberikan pujian
d.   Fasilitas yang memadai
e.    Gerakan tubuh
f.     Memberi pekerjaan rumah
g.    Memeriksa hasil belajar siswa
h.    Memberikan hukuman kepada siswa yang melalaikan tanggung jawab
6.      Cara mengatur kelas seperti, pengaturan pengguanaan waktu yang tersedia utnuk setiap pelajaran, pengaturan ruangan, dan perabotan pelajaran di kelas agar tercipta suasana menggairahkan dalam belajar, pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.
7.      Penerapan suatu sistem dalam mengelola kelas:
a.       Teknik mendekati
b.      Teknik memberikan isyarat
c.       Teknik mengadakan humor
d.      Teknik tidak mengacuhkan
e.       Teknik yang keras
f.       Teknik mengadakan diskusi secara terbuka
g.      Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur
h.      Mengadakan analisis
i.        Mengadakan perubahan kegiatan
j.        Teknik menghimbau

4.2    Saran
Dalam makalah ini kami berharap agar para pembaca lebih khususnya saya selaku penyusun makalah init bisa lebih mengenal, mengetahui, sehingga bisa mempraktekkan dan menerapkan teori motivasi belajar dan teoroi belajar sosio-kultular kedalam pembelajaran bahasa Indonesia, supaya nantinya pembelajaran yang dilakukan dapat menarik perhatian para peserta didik dalam melakukan diskusi sehingga tertarik atau menerima, dan paham dengan apa yang disampaikan.


DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Purwanto Ngalim, 2002, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution S., 2004, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina. 2012. “Media Komunikasi Pembelajaran”. Jakarta: Kencana Prenada Media         Group
Mutohar, Prim Masrokan. 2013. “Manajemen Mutu Sekolah”. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
AsriL, Zainal. 2013. “Micro Teaching”. Jakarta: Rajawali Pers
Rohani, Ahmad. 2004. “Pengelolaan Pengajaran”. Jakarta: PT Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar